ISRAEL - Ancaman tiba-tiba Israel untuk melancarkan operasi darat yang kontroversial di kota Rafah di selatan Gaza kecuali semua sandera dibebaskan pada tanggal 10 Maret telah meningkatkan tekanan pada perundingan yang berbelit-belit untuk mencapai kesepakatan yang sulit dicapai.
Bahkan sebelum Benny Gantz, salah satu anggota terkemuka kabinet perang Israel, memberikan tantangan tersebut, para pemimpin Arab sudah sangat fokus pada awal bulan suci Islam ini yakni datangnya bulan Ramadhan.
“Ramadhan sudah di depan mata dan jika situasi di Rafah berubah, ini akan menjadi saat yang sangat, sangat berbahaya di kawasan ini,” terang Perdana Menteri (PM) Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani memperingatkan pada Konferensi Keamanan tahunan Munich pada akhir pekan.
Kekhawatiran nyata dari seorang pemimpin Arab yang terlibat langsung dalam negosiasi berlarut-larut untuk menukar sandera Israel dengan tahanan Palestina, dan mencapai gencatan senjata dalam perang yang menyedihkan ini, juga digaungkan oleh pejabat Arab lainnya.
Kekhawatiran utama mereka adalah situasi yang mudah terbakar di Tepi Barat yang diduduki, dimana ketegangan dan kekerasan terus meningkat.
“Tepi Barat seperti tong mesiu yang menunggu untuk meledak dan, jika terjadi, maka permainan akan berakhir,” tegas Menteri Luar Negeri dan Wakil Perdana Menteri Yordania Ayman Safadi dalam wawancara dengan BBC di Munich pada Minggu (18/2/2024), sebelum Israel tampaknya menetapkan tenggat waktu.
Percakapan di Munich dengan beberapa pejabat Arab dan Barat yang mengetahui perundingan berisiko tinggi ini menggarisbawahi prognosis yang suram. Mereka semua berbicara secara rahasia karena sifat sensitif dari negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas yang melibatkan kepala mata-mata AS, Mesir dan Israel, serta Qatar.
“Kesenjangannya masih lebar,” sesal salah satu sumber. Yang lain menggambarkan prosesnya sebagai "macet".
Batu sandungan utama dikatakan termasuk tingginya harga yang harus dibayar Hamas untuk pembebasan para sandera. Angka 1.500 tahanan Palestina untuk lima tentara wanita Israel dikutip oleh satu sumber sebagai salah satu contoh.
Dalam pertukaran pertama pada November 2023 selama gencatan senjata satu minggu, 105 sandera, ebagian besar perempuan lanjut usia dan anak-anak, telah ditukar dengan 240 warga Palestina, banyak dari mereka remaja, yang ditahan di penjara Israel. Sekitar 130 sandera dikatakan masih ditawan di Gaza, meski sejumlah kecil diyakini tewas dalam perang ini.