GAZA - Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berbasis di Tepi Barat yang diduduki, menyalahkan pasukan Israel atas apa yang mereka sebut sebagai “pembantaian keji”. Hal ini terkait dengan tragedi rebutan makanan yang menewaskan setidaknya 112 orang tewas dan 760 lainnya luka-luka di Gaza utara.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan menembaki warga sipil yang berkerumun mengambil makanan di dekat konvoi bantuan.
“Pembunuhan sejumlah besar warga sipil tak berdosa yang mempertaruhkan penghidupan mereka dianggap sebagai bagian integral dari perang genosida yang dilakukan pemerintah pendudukan terhadap rakyat kami,” kata Abbas dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa Israel memikul tanggung jawab penuh.
Juru bicara Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan Guterres juga “mengutuk” insiden tersebut.
“Warga sipil yang putus asa di Gaza membutuhkan bantuan segera, termasuk mereka yang berada di wilayah utara yang terkepung di mana PBB belum dapat memberikan bantuan selama lebih dari seminggu,” terang Stephane Dujarric.
Dia menambahkan bahwa Guterres mengulangi seruannya untuk pertolongan kemanusiaan segera, gencatan senjata dan pembebasan semua sandera tanpa syarat.
Direktur rumah sakit Kamal Adwan di kota utara Beit Lahia, Hussam Abu Safieyah, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka telah menerima 10 jenazah dan puluhan lainnya terluka dari bagian barat Kota Gaza.
Sementara itu, penjabat direktur Rumah Sakit al-Awda di Jabalia mengatakan kepada Associated Press bahwa mereka telah menerima 161 pasien yang terluka, sebagian besar di antaranya tampaknya tertembak.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setiap korban sipil adalah sebuah tragedi.
“Meskipun keadaan sangat sulit (disebabkan oleh keputusan Hamas untuk berperang melawan Israel), kami terus berupaya memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di seluruh Jalur Gaza,” terangnya.
“Kami akan belajar dari kejadian sulit ini untuk mencoba dan menemukan solusi yang lebih baik dalam menyalurkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan,” lanjutnya.
Seperti diketahui, bagian utara Gaza mengalami kehancuran yang luas setelah menjadi fokus serangan darat tahap pertama Israel.
Sebagian besar wilayah tersebut telah terputus dari bantuan kemanusiaan selama beberapa bulan, meskipun ada upaya bantuan dari badan-badan bantuan PBB.
Pekan lalu, Program Pangan Dunia mengatakan mereka terpaksa menghentikan pengiriman bantuan ke Gaza utara setelah konvoi pertamanya dalam tiga minggu dikepung oleh kerumunan orang yang kelaparan di dekat pos pemeriksaan militer Israel di Wadi Gaza, dan kemudian menghadapi tembakan di Kota Gaza.
(Susi Susanti)