Beberapa kota di bagian utara Thailand disebut-sebut sebagai salah satu kota paling tercemar di dunia menurut situs pemantau kualitas udara. Chiang Mai, Chiang Rai dan Lampang diberi peringkat tidak sehat oleh platform pemantauan IQAir.
Polusi udara di Thailand menjadi masalah selama musim kemarau yang biasanya berlangsung dari November hingga Maret. Polusi ini terutama disebabkan oleh pembakaran musiman dari para petani yang membuka lahan tebu dan sawah mereka.
Awal tahun ini, Perdana Menteri (PM) Srettha Thavisin berjanji untuk meningkatkan kualitas udara. Anggota parlemen juga mendukung rancangan undang-undang yang bertujuan untuk mengatasi masalah ini.
Pekan lalu, negara tersebut mengumumkan rencana untuk mengerahkan 30 pesawat di seluruh negeri untuk penyemaian awan guna mendorong hujan dan mengurangi polusi.
Pada Februari lalu, para pejabat di Bangkok mendesak karyawannya untuk bekerja dari rumah selama dua hari karena tingkat polusi di ibu kota dan provinsi sekitarnya mencapai tingkat yang tidak sehat.
Selama bertahun-tahun, penduduk dan kelompok lingkungan hidup di Thailand juga telah mengajukan tuntutan hukum untuk menuntut tindakan pemerintah terhadap polusi.
Pada Juli tahun lalu, sekitar 1.700 orang di Chiang Mai mengajukan tuntutan terhadap mantan PM Prayut Chan-o-cha dan dua lembaga negara karena gagal menjalankan wewenang mereka untuk mengurangi polusi di utara, yang menurut mereka memperpendek umur mereka sekitar sekitar lima tahun.
Pada Januari tahun ini, pengadilan Chiang Mai memerintahkan pemerintah untuk membuat rencana darurat untuk meningkatkan kualitas udara dalam waktu 90 hari.
(Susi Susanti)