Rama al-Ashqar, seorang pengungsi Suriah yang tinggal di negara bagian Rhine-Westphalia Utara di Jerman selama lima tahun, mengatakan kepada Enab Baladi bahwa dekorasi di rumahnya tidak terbatas pada pembuatan bulan sabit. Mereka juga membangun tenda kecil yang diberi nama “tenda Ramadhan”, menghiasinya dengan lampu bersama anak-anaknya, dan menyimpannya sepanjang bulan Ramadhan di sebuah ruangan di rumah, untuk mendorong anak-anaknya berpuasa melalui aktivitas rumah dan suasana akrab.
Pengungsi Suriah, berusia 30 tahun dan berasal dari distrik Qanawat di ibu kota Suriah, Damasku ini menjelaskan bahwa negara tempat dia tinggal memiliki rumah-rumah yang ditetapkan sebagai masjid tempat umat Islam melaksanakan shalat Tarawih dan shalat wajib lainnya selama Ramadhan dan termasuk kamar untuk wanita.
Al-Ashqar mengatakan bahwa salat berjamaah di rumah-rumah ini meringankan penderitaan yang telah dia derita selama lima tahun. Meski hal ini bukanlah hal baru baginya, namun penyebaran inisiatif dan kesadaran semacam itu di antara warga Jerman di negaranya untuk menyambut Ramadhan dan mulai menunjukkannya Dekorasi Ramadhan merupakan pertanda baik yang dihasilkan dari kemampuan masyarakat Suriah, Arab, dan juga Turki di Jerman dalam menyampaikan kekhususan bulan tersebut satu sama lain.
Di antara ritual lain yang dilakukan al-Ashqar dan suaminya adalah membeli jam berbentuk seperti Kakbah suci yang mengumandangkan adzan setiap saat dan menampilkan tanggal Masehi dan Hijriah, selain waktu sholat dan suhu. Hal ini untuk membangkitkan beberapa suasana Ramadhan mereka tinggali di kawasan Qanawat bersama keluarga dan anak-anaknya.
Sementara itu, meja buka puasa selama Ramadhan berbeda dari satu negara ke negara lain, namun kurma tetap menjadi menu utama di setiap meja di kalangan komunitas Arab dan Muslim, yang menandakan bahwa mereka menyatukan tradisi dan budaya Islam.
(Susi Susanti)