Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Sedih Pasien Kanker Terpaksa Berhenti Berobat karena Tak Bisa Tinggalkan Gaza

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 15 Maret 2024 |06:00 WIB
Kisah Sedih Pasien Kanker Terpaksa Berhenti Berobat karena Tak Bisa Tinggalkan Gaza
Kisah sedih pasien kanker terpaksa behenti berobat karena tak bisa tinggalkan Gaza (Foto: Reuters)
A
A
A

Mesir, Turki, Uni Emirat Arab (UEA) dan Yordania telah berjanji untuk merawat ribuan pasien kanker seperti Siham, serta mereka yang terluka dalam perang.

Daftar harian diterbitkan oleh otoritas perbatasan Palestina dengan nama-nama orang yang telah disetujui oleh Mesir dan Israel untuk pergi. Nama Siham pertama kali muncul dalam daftar yang diterbitkan pada 19 November untuk dievakuasi ke Turki. Namun dia ditolak oleh petugas perbatasan ketika dia tiba di persimpangan.

Agen perbatasan Palestina mengatakan karena utusan Turki tidak ada di sana untuk menerima Siham di pihak Mesir, mereka tidak bisa membiarkannya lewat. Namun BBC telah berbicara dengan orang lain yang diizinkan melakukan perjalanan ke Turki pada hari itu.

Salah satunya yakni Mona Al-Shorafi yang didiagnosis menderita kanker payudara pada tiga tahun lalu dan telah menerima perawatan di Yerusalem sebelum 7 Oktober. Dia telah mengoordinasikan inisiatif untuk memberikan dukungan psikologis bagi para penyintas kanker lainnya dan hanya berjarak tiga hari dari sesi kemoterapi berikutnya ketika perang dimulai.

“Kami harus meninggalkan rumah dan tinggal di tempat penampungan dan sekolah bersama banyak keluarga lainnya, dan kami sangat khawatir karena sistem kekebalan tubuh kami yang lemah,” katanya.

Nama Mona masuk dalam daftar evakuasi yang sama dengan nama Siham pada 19 November. Dia diizinkan melintasi perbatasan ke Mesir, dan naik pesawat ke Ankara bersama lebih dari 130 orang lainnya. Dia bahkan diperbolehkan membawa kedua putrinya yang masih kecil, meskipun setiap pasien secara resmi hanya diperbolehkan satu orang pendamping.

"Saya sudah memutuskan, jika mereka menolak salah satu putri saya, saya tidak akan menyeberang, saya tidak bisa meninggalkan mereka," kata Mona. Suami dan putranya masih tinggal di tenda di kawasan Tal al-Sultan di Rafah.

Otoritas perbatasan Palestina di Gaza tidak menanggapi pertanyaan BBC tentang mengapa Siham tidak diberi izin untuk pergi.

BBC juga telah berbicara dengan dua pasien kanker lainnya yang ditolak di perbatasan meskipun nama mereka ada dalam daftar evakuasi.

Salah satu dari mereka, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia juga seharusnya berangkat pada tanggal 19 November, namun yakin dia ditolak karena pendampingnya adalah putranya yang masih kecil. Dia mengatakan otoritas perbatasan Palestina lebih memilih pendamping perempuan bagi para pengungsi, untuk mengurangi kemungkinan bahwa mereka yang keluar adalah pejuang Hamas.

Pasien lain, yang seharusnya dievakuasi ke UEA untuk perawatan pada bulan Desember, diberitahu di perbatasan bahwa petugas tidak dapat menemukan namanya.

Dr Sobhi Skaik, Direktur Rumah Sakit Persahabatan Turki-Palestina di Gaza, mengatakan dari sekitar 10.000 pasien kanker di Gaza, ada sekitar 3.800 nama yang telah diberi izin meninggalkan Gaza untuk berobat di luar negeri, namun kenyataannya hanya sekitar 600 yang sudah diberi izin meninggalkan Gaza untuk berobat ke luar negeri, meninggalkan Jalur Gaza sejak dimulainya perang, baik orang dewasa maupun anak-anak.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement