GAZA - Kekurangan pangan ekstrem di beberapa bagian Jalur Gaza telah melampaui tingkat kelaparan. Pemantau kelaparan global pada Senin (18/3/2024) mengatakan kematian massal kini akan segera terjadi tanpa gencatan senjata segera dan lonjakan pasokan makanan ke daerah-daerah yang terputus akibat pertempuran.
Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang penilaiannya diandalkan oleh badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengatakan 70% orang di wilayah utara Gaza menderita tingkat kekurangan pangan paling parah, lebih dari tiga kali lipat ambang batas 20% yang diperkirakan.
IPC mengatakan mereka tidak memiliki cukup data mengenai angka kematian, namun diperkirakan penduduk akan mengalami kematian dalam skala kelaparan dalam waktu dekat, yang didefinisikan sebagai dua orang dari setiap 10.000 orang yang meninggal setiap hari karena kelaparan atau kekurangan gizi dan penyakit.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sejauh ini 27 anak-anak dan tiga orang dewasa telah meninggal karena kekurangan gizi.
“Tindakan yang diperlukan untuk mencegah kelaparan memerlukan keputusan politik segera untuk gencatan senjata dan peningkatan akses kemanusiaan dan komersial yang signifikan dan segera kepada seluruh penduduk Gaza,” katanya, dikutip Reuters.
Secara keseluruhan, 1,1 juta warga Gaza, atau sekitar separuh jumlah penduduk Gaza, mengalami kekurangan pangan yang sangat parah, dan sekitar 300.000 orang di wilayah tersebut kini menghadapi kemungkinan tingkat kematian akibat kelaparan.
Ancaman kelaparan yang disebabkan oleh manusia di Gaza telah menimbulkan kecaman paling keras terhadap Israel dari sekutu Barat sejak negara itu melancarkan perang melawan militan Hamas menyusul serangan mematikan mereka di wilayah Israel pada 7 Oktober 2023.
"Di Gaza kita tidak lagi berada di ambang kelaparan. Kita berada dalam keadaan kelaparan. Kelaparan digunakan sebagai senjata perang. Israel memprovokasi kelaparan," kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell pada konferensi di Brussels tentang bantuan untuk Gaza.