Serangan apa lagi yang menjadi tanggung jawab mereka?
Hingga saat ini, sebagian besar serangan ISIS-K yang paling dahsyat terjadi di Afghanistan dan Pakistan. Yakni ledakan di bandara Kabul menjadi contoh yang menonjol.
Serangan lainnya termasuk serangan pada bulan Mei 2020 di bangsal bersalin Kabul yang menewaskan 24 orang dan serangan terhadap Universitas Kabul pada November 2020 yang menewaskan 22 orang. ISIS-K juga diyakini berada di balik pemboman mobil mengerikan di luar sekolah menengah perempuan pada Mei 2021 yang menewaskan sedikitnya 85 orang.
Kelompok ini sangat aktif selama masa puncaknya sekitar tahun 2018. Yakni ketika seorang pembom bunuh diri ISIS-K menewaskan 128 orang pada rapat umum pemilu di Mastung, Pakistan, salah satu serangan paling berdarah di dunia pada tahun itu.
Meski tidak lagi sekuat tahun 2018, ISIS-K terus merencanakan serangan di Afghanistan. Menurut Institute for Economics and Peace, ini adalah kelompok teror paling aktif di negara ini, yang bertanggung jawab atas 73 kematian pada 2023.
Mungkinkah hal ini menimbulkan ancaman global yang lebih luas?
Serangan bandara Kabul telah menimbulkan kekhawatiran global bahwa ISIS-K dapat menimbulkan ancaman besar di kawasan ini dan sekitarnya.
Pada bulan Maret 2023, kepala Komando Pusat AS mengatakan kepada anggota parlemen bahwa ISIS-K menjadi lebih berani, dan bahwa Eropa atau Asia lebih mungkin menjadi sasaran serangan teroris yang berasal dari Afghanistan dibandingkan AS.
Dalam laporan penilaian ancaman tahun 2023 oleh badan intelijen AS, Kantor Direktur Intelijen Nasional mengatakan ISIS-K hampir pasti mempertahankan niat untuk melakukan operasi di Barat dan akan melanjutkan upaya menyerang di luar Afghanistan.
Dan awal tahun ini, Dewan Keamanan PBB memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa ISIS-K sedang merencanakan atau melakukan “plot operasional” di Eropa. Tujuh orang yang terkait dengan kelompok tersebut ditangkap di Jerman tahun lalu ketika merencanakan serangan teroris berdampak besar, termasuk mendapatkan senjata dan kemungkinan sasaran.
Ini bukan pertama kalinya ISIS menyerang tempat konser. Pada bulan November 2015, kelompok bersenjata ISIS menyerang teater Bataclan di Paris, bagian dari serangan yang mengenai sasaran lain di kota tersebut. Serangan ini menewaskan sedikitnya 130 orang. Pada Mei 2017, grup ini mengaku bertanggung jawab atas bom bunuh diri di konser Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris, yang menewaskan 22 orang. ISIS juga telah menginspirasi teroris di AS, termasuk pria bersenjata yang membunuh 49 orang di klub malam Pulse di Orlando, Florida, pada tahun 2016 dalam serangan teroris paling mematikan di AS sejak 9/11.
Awal bulan ini, pemerintah AS mendapat informasi tentang rencana serangan teroris di Moskow, yang berpotensi menargetkan pertemuan besar, termasuk konser, yang mendorong Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan publik kepada warga Amerika di Rusia. AS juga membagikan informasi ini kepada pihak berwenang Rusia.
Informasi intelijen yang diperoleh Washington sejak November cukup spesifik dan komunitas intelijen AS telah memperingatkan Rusia, namun tidak jelas apakah hal ini terkait langsung dengan peringatan tanggal 7 Maret yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besar AS di Moskow.
Presiden Rusia Vladimir Putin menolak peringatan kedutaan AS mengenai serangan teror sebagai hal yang “provokatif” dalam pidatonya di FSB, dengan mengatakan bahwa hal tersebut menyerupai pemerasan dan niat untuk mengintimidasi dan mengacaukan masyarakat Rusia.
Sebaliknya, Putin menyatakan bahwa Ukraina berada di balik serangan Kota Crocus. Namun Kyiv dengan keras membantahnya.
(Susi Susanti)