JAKARTA - Menko Polhukam Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menghadiri kegiatan buka bersama TNI-Polri di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2024).
Kegiatan buka bersama sebagai bentuk penguatan sinergisitas dan soliditas TNI-Polri tersebut juga dihadiri oleh ulama karismatik Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Ustadz Das’ad Latif, dan Gus Miftah.
"Acara hari ini sebenarnya merupakan acara lanjutan setelah kemarin kita sama-sama melaksanakan buka puasa bersama di Istana. Dan sekaligus ini mengingatkan bahwa sudah lama kita tidak melaksanakan kegiatan buka puasa bersama semenjak Covid-19 waktu itu. Sehingga mungkin ini baru pertama kali kita kembali bersama-sama melaksanakan buka puasa bersama. Tentunya ini bagian dari kita bersama, seluruh keluarga besar TNI-Polri bersama dengan masyarakat," kata Sigit dalam sambutannya.
Menurut Sigit, kegiatan buka bersama ini merupakan cerminan dari terwujudnya sinergisitas dan soliditas antara TNI-Polri, ulama, tokoh agama dan seluruh unsur elemen masyarakat.
"Tentunya memperkuat soliditas dan sinergitas antara TNI dan Polri. Namun juga tentunya antara umara dan ulama," ujar Sigit.
Lebih dalam, Sigit mengungkapkan, sinergisitas dan soliditas antar-elemen ini merupakan kunci untuk menghadapi dinamika global yang sedang tidak baik-baik. Salah satunya adalah gejolak perekonomian di dunia, dimana beberapa negara maju mengalami resesi.
Beberapa negara yang perekonomiannya bergejolak, kata Sigit, diantaranya mengalami menurunnya daya beli masyarakat hingga lonjakan harga.
Meski begitu, Sigit bersyukur gejolak perekonomian tidak berlangsung di Indonesia. Ia pun menyinggung munculnya fenomena war takjil yang viral di media sosial (medsos) selama bulan Ramadan tahun ini.
"Alhamdulillah itu tidak terjadi di negeri kita. Dan mungkin saat ini justru yang terjadi dan sering muncul di televisi yang terkenal malah war takjil. Artinya rebutan belanja takjil, artinya ekonomi masyarakat Indonesia saat ini, alhamdulillah," ucap Sigit.
Tren positif tersebut, ditegaskan Sigit, harus dipertahankan kedepannya. Sebab itu, Sigit menyebut, semua elemen masyarakat harus mempertahankan serta meningkatkan nilai persatuan dan kesatuan.
"Oleh karena itu saya ingatkan baru saja kita melaksanakan serangkaian kegiatan demokrasi yang tentunya di situ terjadi perbedaan pendapat, yang kalau kita biarkan tentunya akan terus memunculkan polarisasi. Oleh karena itu kita harus menjadi pelopor di dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Sehingga walaupun perbedaan pendapat yang ada, namun yang namanya persatuan dan kesatuan menjadi prioritas yang harus terus kita utamakan," papar Sigit.
Dengan terjaganya persatuan-kesatuan, Sigit mengatakan perekonomian Indonesia tetap stabil serta terjaga dengan baik. Dengan begitu, visi Indonesia Emas 2045 akan terwujud.
"Sekali lagi, mudah-mudahan hikmah bulan Ramadan ini, hikmah buka puasa yang kita laksanakan ini akan terus menjaga, akan terus mempertahankan persatuan dan kesatuan yang selama ini tentunya menjadi modal utama untuk kita semua mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik, menuju visi Indonesia Emas tahun 2045," ujar Sigit.
(Angkasa Yudhistira)