GAZA - Israel Ziv, seorang pensiunan jenderal angkatan darat Israel yang sebelumnya memimpin divisi Gaza, mengatakan bahwa insiden serangan udara Israel yang menewaskan 7 pekerja badan amal World Central Kitchen (WCK) mungkin disebabkan oleh militer yang membolehkan lebih banyak perwira junior untuk mengizinkan serangan udara.
Sedangkan pada masa tenang, operasi semacam itu memerlukan lampu hijau dari komandan divisi atau jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan regional.
“Di masa perang situasinya benar-benar berubah, karena jumlah ancaman tidak pernah berakhir,” terangnya.
“Jika Anda tidak memberikan kebebasan yang lebih besar, dan melepaskan tembakan, Anda membahayakan pasukan dan perang,” lanjutnya.
Ziv mencatat bahwa Israel, yang berperang setelah orang-orang bersenjata Hamas mengamuk di kota-kota selatan dan pangkalan militer pada 7 Oktober, telah berjuang untuk menghancurkan kapasitas militer kelompok Islam Palestina dan menolak akses mereka terhadap bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza.
“Itu memperumit situasi,” katanya kepada Reuters.
“Tidak ada perang tanpa kesalahan, justru sebaliknya. Tetapi biasanya dalam pertempuran seperti ini jumlah korban non-kombatan, dibandingkan dengan jumlah korban tewas musuh, lebih tinggi daripada yang disebabkan oleh IDF (Pasukan Pertahanan Israel) (di Gaza),” paparnya.
Sebagai langkah awal untuk menebus kematian WCK, Israel mengatakan akan membentuk ruang koordinasi operasional bersama dengan lembaga-lembaga kemanusiaan, yang terletak di Komando Selatan militer, di mana misi Gaza dikelola secara langsung.
Seorang pejabat keamanan Israel yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya mengatakan pasukan darat di Gaza berkurang menjadi sekitar seperempat dari jumlah mereka pada puncak invasi, dan fokus pada misi yang lebih tepat dan mengamankan wilayah yang ditaklukkan.
“Hal ini mungkin berkontribusi pada perasaan ‘duduk diam’ dalam kerentanan. Pasukan lebih memilih untuk menyerang, daripada statis dan berpotensi terbuka untuk menyerang atau melihat musuh beroperasi dengan relatif bebas,” kata pejabat tersebut.
"Penyelidikan harus menentukan, antara lain, apakah pemikiran seperti ini mempengaruhi penilaian siapa pun yang memutuskan bahwa konvoi tersebut harus diserang,” lanjutnya.
Pejabat medis Gaza mengatakan lebih dari 33.000 warga Palestina tewas dalam perang tersebut. Hamas menjelaskan 6.000 pejuangnya termasuk di antara korban jiwa. Para pejabat Israel mengatakan jumlah korban tewas pejuang Palestina dua kali lebih tinggi.
(Susi Susanti)