Petugas medis yang tetap berada di Nasser setelah pengambilalihan Israel mengatakan mereka tidak mampu merawat pasien dan 13 orang meninggal karena kondisi di sana, termasuk kekurangan air, listrik dan pasokan lainnya.
Pada 1 April lalu, pasukan Israel mundur dari rumah sakit al-Shifa, yang berada di Kota Gaza, menyusul apa yang dikatakan IDF sebagai operasi "tepat" lainnya yang dilakukan sebagai tanggapan terhadap informasi intelijen bahwa Hamas telah berkumpul kembali di sana.
IDF mengatakan pada saat itu bahwa 200 “teroris” tewas di dalam dan sekitar rumah sakit selama serangan dua minggu tersebut. Lebih dari 500 orang lainnya ditahan, dan senjata serta intelijen ditemukan di seluruh rumah sakit.
Saat ini, setelah sebuah misi mendapatkan akses ke fasilitas tersebut lima hari kemudian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan al-Shifa sekarang hanyalah sebuah tempat kosong, dengan sebagian besar bangunan rusak atau hancur, dan sebagian besar peralatan tidak dapat digunakan atau dikurangi menjadi abu.
IDF juga mengatakan pihaknya telah menghindari bahaya terhadap pasien di al-Shifa. Namun WHO mengutip penjabat direktur rumah sakit yang mengatakan bahwa pasien berada dalam kondisi yang buruk selama pengepungan, dan setidaknya 20 pasien dilaporkan meninggal karena kurangnya akses terhadap perawatan dan terbatasnya pergerakan yang diizinkan oleh petugas medis.
(Susi Susanti)