Rumah sakit sebelumnya telah melaporkan kegagalan generator listrik dan mengatakan bahwa hal ini akan mempersulit perawatan pasien.
Pada Rabu (5/6/2024), petugas medis dari Doctors Without Borders (MSF) yang mendukung rumah sakit menggambarkan pemandangan kacau di sana. Dilaporkan bahwa dalam 24 jam sebelumnya, setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 300 orang terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan presisi dan berbasis intelijen untuk menargetkan antara 20 hingga 30 pejuang Hamas dan Jihad Islam yang menggunakan sekolah tersebut sebagai tempat persiapan untuk merencanakan dan melancarkan serangan.
Namun, 14 anak-anak dan sembilan wanita termasuk di antara mereka yang tewas, kata kantor media pemerintah yang dikelola Hamas. Sebelumnya, petugas medis melaporkan angka serupa kepada jurnalis lokal yang bekerja untuk BBC.
Selama perang, Israel telah berulang kali menuduh Hamas menyembunyikan anggotanya di sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya, menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup. Namun tuduhan ini dibantah oleh kelompok bersenjata tersebut.
“Semua garis merah telah dilewati,” lanjutnya.
Dia menyatakan bahwa berada di lembaga PBB tidak memberikan perlindungan bagi keluarganya.
“Dunia memperlakukan kita dengan standar ganda. Israel telah melanggar semua hukum internasional,” terangnya.
Israel diketahui menghadapi isolasi diplomatik yang semakin besar atas tindakan mereka dalam perang tersebut, dengan kasus-kasus yang diajukan terhadap mereka di hadapan dua pengadilan internasional.