NEW YORK - Presiden Amerika AS Joe Biden menyambut baik keputusan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu yang mengirim tim perunding untuk membahas kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas.
Hal ini terjadi sehari setelah Hamas menanggapi rencana gencatan senjata di Gaza yang ia uraikan pada akhir Mei. Pembicaraan tidak langsung terakhir terjadi di Kairo pada awal bulan itu.
Biden dan Netanyahu mengadakan panggilan telepon pada Kamis (4/7/2024), yang berfokus pada sandera dan negosiasi gencatan senjata.
“Perdana Menteri Netanyahu memberi tahu Presiden Biden tentang keputusannya untuk mengirim delegasi untuk melanjutkan negosiasi penyanderaan dan menegaskan kembali prinsip-prinsip yang menjadi komitmen Israel, terutama komitmennya untuk mengakhiri perang hanya setelah semua tujuannya tercapai,” ungkap pemerintah Israel dalam sebuah pernyataan usai percakapan telepon antara kedua pemimpin pada Kamis (4/7/2024).
Netanyahu telah menyatakan tujuannya adalah mengembalikan semua sandera yang tersisa, menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan Hamas, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
Gedung Putih mengatakan Biden menyambut baik keputusan perdana menteri yang memberi wewenang kepada negosiatornya untuk berhubungan dengan mediator AS, Qatar, dan Mesir dalam upaya mencapai kesepakatan.
Rincian tanggapan terbaru Hamas belum dipublikasikan, namun seorang pejabat Palestina mengatakan kepada BBC bahwa kelompok tersebut tidak lagi menuntut gencatan senjata penuh pada awal rencana yang disampaikan oleh Biden.
Seorang pejabat senior pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan Hamas telah menyetujui “penyesuaian yang cukup signifikan” terhadap posisinya.
"Kami telah mencapai terobosan dalam mengatasi kebuntuan kritis," kata pejabat AS tersebut, meskipun ia menekankan bahwa ini tidak berarti kesepakatan ini akan selesai dalam waktu beberapa hari.
Pada Rabu (3/7/2024), pimpinan politik Hamas mengatakan pihaknya telah menghubungi mediator dari Mesir dan Qatar mengenai gagasan yang telah mereka diskusikan dengan tujuan mencapai kesepakatan.
Hingga kini Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Israel mengatakan mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas bisa dilenyapkan.
Ketika mengumumkan rencana tersebut pada tanggal 31 Mei, Biden mengatakan bahwa rencana tersebut didasarkan pada proposal Israel yang lebih rinci, dan melibatkan tiga tahap.
Yang pertama mencakup gencatan senjata penuh dan menyeluruh yang berlangsung selama enam minggu, penarikan pasukan Israel dari wilayah berpenduduk Gaza, dan pertukaran beberapa sandera. Termasuk wanita, orang tua dan orang sakit atau terluka dengan tahanan Palestina yang ditahan di Israel.
Fase kedua akan melibatkan pembebasan semua sandera yang masih hidup dan penghentian permusuhan secara permanen. Tahap ketiga dimulainya rencana rekonstruksi besar-besaran di Gaza dan pengembalian jenazah sandera.
Sementara itu, sumber di tim perunding Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa tanggapan Hamas termasuk terobosan yang sangat signifikan dan ada kesepakatan dengan peluang nyata untuk diterapkan.
(Susi Susanti)