Mohamed Moawad, redaktur pelaksana Al Jazeera berbahasa Arab, mengatakan jurnalis jaringan yang berbasis di Qatar itu dibunuh pada hari Rabu ketika mereka “dengan berani meliput peristiwa di Gaza utara”.
Ismail terkenal karena profesionalisme dan dedikasinya, sehingga menarik perhatian dunia terhadap penderitaan dan kekejaman yang terjadi di Gaza, terutama di Rumah Sakit al-Shifa dan lingkungan utara wilayah kantong yang terkepung.
“Tanpa Ismail, dunia tidak akan melihat gambaran mengerikan dari pembantaian ini,” tulis Moawad di X, menambahkan bahwa al-Ghoul “tanpa henti meliput peristiwa tersebut dan menyampaikan realitas Gaza kepada dunia melalui Al Jazeera”.
“Suaranya kini telah dibungkam, dan tidak ada lagi kebutuhan untuk menyerukan kepada dunia bahwa Ismail telah memenuhi misinya kepada rakyatnya dan tanah airnya,” kata Moawad. “Aib bagi mereka yang telah mengecewakan warga sipil, jurnalis, dan kemanusiaan.”
(Qur'anul Hidayat)