KEMATIAN Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terkenal, telah memicu ketegangan signifikan di Timur Tengah. Serangan yang menewaskan Haniyeh telah mengundang reaksi keras dari berbagai pihak di Palestina dan sekitarnya.
Haniyeh adalah seorang tokoh penting dalam kelompok Hamas. Dia lahir di kamp pengungsi Shati, Gaza, dari orang tua yang melarikan diri dari Kota Asqalan setelah berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Haniyeh menempuh pendidikan di Institut al-Azhar di Gaza dan meraih gelar dalam bidang sastra Arab dari Universitas Islam di Gaza. Selama kuliah pada tahun 1983, dia bergabung dengan Blok Mahasiswa Islam, yang kemudian menjadi cikal bakal Hamas.
Moussa Abu Marzouk, pejabat senior Hamas, menegaskan pembunuhan Haniyeh merupakan tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan tanpa balasan. Dalam pernyataan yang disiarkan TV Al-Aqsa, Marzouk menekankan bahwa Hamas tidak akan tinggal diam atas serangan ini dan akan melakukan pembalasan yang setimpal.
Ketegangan di wilayah Timur Tengah semakin meningkat setelah kematian Ismail Haniyeh. Sami Abu Zuhri, juru bicara senior Hamas, menggambarkan pembunuhan ini sebagai eskalasi serius yang tidak akan mencapai tujuannya. Dia menegaskan bahwa tindakan tersebut hanya akan memperkuat tekad Hamas untuk melawan Israel.