WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) kerahkan kekuatan militer tambahan di Timur Tengah sebagai langkah defensif untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut. Hal ini diungkapkan seorang pejabat Gedung Putih pada Minggu (4/8/2024).
Seperti diketahui, ketegangan regional meningkat setelah pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas, di Teheran pada Rabu (31/7/2024) sehari setelah serangan Israel di Beirut menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan militer senior dari kelompok Lebanon Hizbullah. Kedua kelompok tersebut didukung oleh Iran.
Ada kekhawatiran yang meningkat bahwa perang Israel melawan militan Palestina di Gaza, yang dimulai Oktober lalu setelah serangan terhadap negara Yahudi tersebut, dapat meningkat menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas. Iran dan Hamas menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh di ibu kota Iran, dan mereka, bersama dengan Hizbullah, telah bersumpah untuk membalas dendam. Israel belum mengklaim atau menyangkal bertanggung jawab. Pentagon mengatakan pada Jumat (2/8/2024) bahwa mereka akan mengerahkan jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke wilayah tersebut.
"Tujuan keseluruhannya adalah untuk menurunkan suhu di wilayah tersebut, mencegah dan mempertahankan diri dari serangan tersebut, dan menghindari konflik regional," terang Jonathan Finer, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, pada program ‘Face the Nation’ CBS.
Finer mengatakan AS dan Israel bersiap untuk setiap kemungkinan. Dia menambahkan ada kemungkinan yang sangat dekat terjadinya konflik regional sejak April lalu ketika Iran melancarkan serangan ke wilayah Israel dengan pesawat nirawak dan rudal setelah apa yang disebutnya sebagai serangan Israel terhadap konsulatnya di Damaskus pada tanggal 1 April yang menewaskan tujuh perwira Korps Garda Revolusi Islam di ibu kota Suriah.