Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Diplomat AS di Zimbabwe Tabrak Bocah 11 Tahun hingga Tewas, Orangtua Korban Ingin Pelaku Minta Maaf Secara Langsung

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 10 Agustus 2024 |11:03 WIB
Diplomat AS di Zimbabwe Tabrak Bocah 11 Tahun hingga Tewas, Orangtua Korban Ingin Pelaku Minta Maaf Secara Langsung
Seorang bocah berusia 11 tahun diduga ditabrak hingga tewas oleh seorang diplomat AS di Zimbabwe dalam sebuah kecelakaan lalu lintas (Foto: Juliana Vito)
A
A
A

NEW YORK - Seorang anak perempuan berusia 11 tahun diduga ditabrak hingga tewas oleh seorang diplomat Amerika Serikat (AS) di Zimbabwe dalam sebuah kecelakaan lalu lintas pada Juni lalu, Keluarga korban ingin pelaku kembali ke negara itu dan meminta maaf kepada mereka secara langsung.

Bocah 11 tahun bernama Ruvarashe Takamhanya diyakini telah tertabrak oleh sebuah kendaraan yang dikendarai oleh diplomat tersebut saat dia sedang dalam perjalanan ke sekolah di Dema, sebuah kota 40 km (24 mil) di tenggara ibu kota, Harare.

Orangtuanya mengatakan bahwa mereka menyadari bahwa diplomat AS tersebut memiliki kekebalan diplomatik tetapi permintaan maaf dapat membantu mereka pulih dari rasa sakit dan memberi mereka rasa tenang.

"Pikiran kami bersama keluarga dan orang-orang terkasih dari gadis itu," terang seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada BBC. Dia menambahkan bahwa kedutaan besarnya di Harare bekerja sama dengan pejabat setempat.

“Kedutaan mengakui kehancuran akibat kecelakaan ini bagi semua yang terlibat,” kata juru bicara tersebut.

Ruvarashe diketahui sedang menuju sekolah bersama sahabatnya pada Senin pagi ketika ia tertabrak saat menyeberang jalan utama yang melewati Dema. Ibunya, Juliana Vito, mengatakan bahwa ia mengetahui kecelakaan itu dari tetangga dan berlari ke tempat kejadian.

"Saya pikir ia akan bangun. Sampai sekarang saya terus berpikir itu hanya mimpi. Saya sangat terluka," kata wanita berusia 24 tahun itu kepada BBC.

Ia mengatakan bahwa pengemudi mobil tidak ada di sana ketika ia tiba di lokasi kecelakaan dan tidak menghubungi keluarga secara langsung sejak saat itu. Rekan-rekannya meminta maaf atas nama pelaku dan mengatakan kepadanya bahwa ia meninggalkan tempat kejadian karena ia terkena dampak kecelakaan itu.

"Saya merasa ia tidak benar-benar menyesal. Saya berharap ia datang langsung sehingga saya bisa mencurahkan isi hati saya,” terang yah gadis itu, Silvester Takhamanya.

 

Keluarga korban mengaku diberi USD2.000 oleh kedutaan AS untuk membiayai pemakaman. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengonfirmasi kedutaan telah memberikan dukungan kepada keluarga gadis itu dan mengatakan perwakilan menghadiri pemakaman.

Juru bicara mengatakan kedutaan akan terus berkomunikasi dengan polisi dan pejabat lainnya saat mereka menyelesaikan penyelidikan.

Namun, keluarga merasa ditinggalkan dalam kesedihan mereka. "Kami mencoba untuk tetap berani," kata Takamhanya kepada BBC.

Orang tua Ruvarashe mengatakan bahwa dia sesuai dengan namanya, yang berarti "bunga Tuhan" dalam bahasa Shona, menggambarkannya sebagai orang yang manis, baik, dan cerdas.

"Orang-orang selalu kagum padanya," ujar sang ibu yang merupakan seorang pembuat roti, dengan bangga.

Juru bicara polisi Paul Nyathi mengatakan kepada BBC bahwa diplomat itu awalnya mengatakan bahwa dia ingin beristirahat setelah kecelakaan itu, yang terjadi pada tanggal 3 Juni, dan bahwa dia kemudian akan menghubungi para penyelidik.

Namun, penyelidikan terhenti karena diplomat itu meninggalkan Zimbabwe tidak lama setelah kecelakaan itu.

Juru bicara kepresidenan Zimbabwe George Charamba telah menyatakan kemarahannya atas perilakunya.

 

"Ketika seorang diplomat terlibat dalam kecelakaan lalu lintas yang fatal, menggunakan dalih konseling, yang menurutnya hanya tersedia di negaranya, dan kemudian memutuskan untuk menjauh dari polisi, dia berubah dari diplomat menjadi buronan," katanya kepada surat kabar Herald yang dikelola pemerintah bulan lalu.

Sementara itu, juru bicara pemerintah Nick Mangwana lebih bijaksana dalam tanggapannya kepada BBC. Namun, dia menjelaskan Konvensi Wina, yang menjadi dasar kekebalan diplomatik, memberikan hak istimewa dan tanggung jawab.

"Meskipun apa yang terjadi adalah kecelakaan fatal yang mengakibatkan hilangnya nyawa salah satu warga negara kita, namun ada harapan bahwa pihak-pihak yang terlibat akan bertanggung jawab dan melakukan hal yang benar bagi keluarga korban serta hukum negara ini. Merupakan bagian dari tanggung jawab diplomat untuk mematuhi dan menaati hukum negara tuan rumah, ungkapnya.

Mangwana mengatakan insiden tersebut seharusnya tidak memengaruhi hubungan diplomatik dengan AS.

“Sebagai pemerintah, kami tidak percaya bahwa diplomat yang bersangkutan bermaksud membunuh warga negara kami. Itu adalah kecelakaan terlepas dari kesalahannya,” ujarnya.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement