Namun, lanjut Dwikorita, yang berbahaya apabila kekuatan megathrust ini sampai diatas 7, seperti waktu Tsunami Aceh melanda beberapa tahun lalu.
"Waktu tsunami Aceh itu juga akibat fenomena yang sama tapi magnitudo kekuatannya itu sampai 9 lebih 9,1 dan menurut para pakar skenario terburuk kemungkinan terburuk bila energi ini tuntas lepas semua bisa mencapai lebih dari 9," terang Dwikorita.
Ia pun menuturkan, hal yang menyebabkan terjadinya megahtrust yakni adanya pergerakan lempeng tektonik, dimana lempeng samudra yang biru ditumbuk dengan lempeng benua.
"Kenapa bisa menumbuk? ini karena, di sini ada arus konveksi. Jadi ini sebetulnya, suatu apa ya cairan pijar gitu. Jadi bukan batu keras tapi semacam terapung jadi lempeng ini yang tebalnya nya sekitar 4050 KM ini pembandingnya sampai ratusan ribuan kilometer. Jadi ini kelihatan tipis nah ini terapung-apung ya dan nungsep masuk ke bawah," paparnya.
"jadi ini selama ada arus konveksi di astenosfer ya. Jadi ini namanya mantel ya atau astenosfer ini arus konveksi ini akan terapung-apung di situ oke itu yang menyebabkan," imbuhnya.