GAZA – Amerika Serikat (AS) mendakwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar terkait dengan serangan mematikan di Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Selain Yahya, beberapa tokoh terkemuka lainnya dalam kelompok Palestina tersebut juga ikut didakwa.
Departemen Kehakiman AS mengatakan pihaknya mendakwa enam anggota Hamas dengan tujuh dakwaan. Mereka yang didakwa termasuk mantan pemimpin Ismail Haniyeh; Marwan Issa, wakil pemimpin sayap bersenjata organisasi itu; Khaled Mashaal, yang memimpin kelompok itu di luar Gaza dan Tepi Barat; bersama dengan Mohammed Deif dan Ali Baraka.
Semua terdakwa dilaporkan telah meninggal atau masih bebas. Haniyeh, Issa, dan Deif semuanya dilaporkan tewas dalam beberapa bulan terakhir dalam serangan yang diklaim atau dikaitkan dengan Israel.
Dakwaan itu termasuk konspirasi untuk mengebom tempat umum yang mengakibatkan kematian atau pembunuhan warga negara AS, konspirasi untuk membiayai terorisme, dan dukungan material untuk tindakan terorisme yang mengakibatkan kematian. Termasuk penggunaan senjata pemusnah massal.
Tak hanya itu, dakwaan tersebut juga mencakup dugaan serangan Hamas selama puluhan tahun, serta serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan hampir setahun yang lalu.
Ini adalah langkah pertama penegak hukum AS untuk meminta pertanggungjawaban para pemimpin serangan 7 Oktober, meskipun tiga dari mereka yang disebutkan dalam dakwaan tersebut telah tewas dan Sinwar diyakini bersembunyi di terowongan di suatu tempat di bawah Gaza.
Dalam pernyataan video pada Selasa (3/9/2024), Garland mengatakan para terdakwa bertanggung jawab atas pendanaan dan pengarahan kampanye selama puluhan tahun untuk membunuh warga negara Amerika dan membahayakan keamanan AS.
Kelompok tersebut juga memimpin upaya Hamas untuk menghancurkan negara Israel dan membunuh warga sipil untuk mendukung tujuan tersebut.
Ia mencatat serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh Hamas, di mana kelompok itu membunuh seluruh keluarga dalam pembantaian paling mematikan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust.
"Mereka membunuh orang tua dan anak-anak kecil. Mereka menggunakan kekerasan seksual terhadap perempuan sebagai senjata, termasuk pemerkosaan dan mutilasi alat kelamin,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa selama serangan itu kelompok itu membunuh lebih dari 1.200 orang dan melakukan pembantaian paling mematikan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust.
(Susi Susanti)