Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kebijakan Xi Jinping Pukul Sektor Properti Hong Kong

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 17 September 2024 |15:03 WIB
Kebijakan Xi Jinping Pukul Sektor Properti Hong Kong
Hong Kong. (Foto; Unsplash)
A
A
A

HONG KONGHong Kong mencatat rekor kemerosotan properti yang terparah dalam lima tahun terakhir. Saat ini, kota itu mengalami penurunan nilai properti terpanjang sejak dampak krisis SARS lebih dari dua dekade lalu.

Analis Bloomberg baru-baru ini memperkirakan HKD2,1 triliun (sekitar USD270 miliar) telah hilang dari nilai real estat di kota semi-otonom itu sejak 2019. Penilaian dari pakar UBS dan CBRE juga menunjukkan prospek yang suram dan penurunan lebih lanjut.

Sama seperti kota-kota besar lainnya seperti New York dan London, Hong Kong bergulat dengan kombinasi kenaikan suku bunga, kehilangan pekerjaan di sektor keuangan, dan kebiasaan kerja yang berkembang. Namun, bagi banyak warga, kemerosotan harga properti telah menjadi indikator nyata dari tren yang lebih meresahkan: hilangnya kepercayaan yang semakin besar terhadap posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan terkemuka di Asia.

Dilansir Hong Kong Post, Selasa, (17/9/2024), salah satu pengembang terbesar di Hong Kong, New World Development, mengantisipasi kerugian pertamanya dalam dua dekade. Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga miliarder Cheng itu, memperkirakan akan melaporkan kerugian hingga HKD20 miliar untuk tahun keuangan yang berakhir di bulan Juni.

Penurunan ini disebabkan tindakan keras Presiden Xi Jinping terhadap pasar properti China, hengkangnya bisnis Barat, dan kenaikan suku bunga. Selain itu, depresiasi renminbi semakin memperburuk situasi. Laba inti diproyeksikan akan turun hingga 23 persen.

Gagal Membayar Utang

Saham New World Development anjlok ke level terendah dalam 21 tahun sekitar HKD6,80 pada Senin lalu setelah pembaruan keuangan terbaru. Didirikan pada 1970, berbagai investasi perusahaan dalam pengembangan perumahan, pusat perbelanjaan, kantor, dan hotel menjadikannya barometer kesehatan ekonomi Hong Kong. Wilayah administratif khusus tersebut telah mengalami resesi berulang sejak pandemi, di mana Beijing memperketat cengkeramannya dengan menerapkan undang-undang keamanan yang kontroversial.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement