LEBANON - Israel membunuh seorang tokoh penting Hizbullah yang dicari oleh AS karena perannya dalam pemboman Kedutaan Besar AS dan barak Korps Marinir pada tahun 1983 yang menewaskan 300 orang, militer Israel mengkonfirmasi pada hari Jumat.
Komandan operasi Hizbullah, Ibrahim Aqil diberi harga $7 juta dari Departemen Luar Negeri AS atas informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Militer Israel mengatakan telah membunuh Aqil dan sebanyak 10 komandan senior unit pasukan khusus Radwan gerakan tersebut. Dua belas orang dilaporkan tewas dan 66 luka-luka dalam serangan itu, kata para pejabat Lebanon.
“Komandan Hizbullah yang kami singkirkan hari ini telah merencanakan ‘7 Oktober’ di perbatasan Utara selama bertahun-tahun,” kata panglima militer Israel Jenderal Herzi Halevi mengacu pada amukan Hamas pada tahun 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel, mengutip USA Today, Sabtu (21/9/2024).
“Kami telah menjangkau mereka, dan kami akan menjangkau siapa pun yang mengancam keamanan warga Israel,” kata Halevi.
Hizbullah memuji Aqil dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat malam yang mengonfirmasi kematiannya.
Surat kabar Israel Ha'aretz, mengutip media Lebanon, mengatakan empat rudal menghantam lokasi berbeda di lingkungan Beirut Dahiya, termasuk sebuah bangunan yang diketahui digunakan oleh Hizbullah.
Departemen Luar Negeri AS telah mengidentifikasi Aqil, yang juga dikenal sebagai Tahsin, sebagai anggota “badan militer tertinggi” Hizbullah, yaitu Dewan Jihad.
Pada tahun 1980-an, ketika berbagai faksi bersaing untuk menguasai Lebanon dan satu detasemen Marinir AS dikerahkan sebagai pasukan penjaga perdamaian, Aqil adalah tokoh penting dalam Organisasi Jihad Islam Hizbullah.
Kelompok ini mendapat pujian atas pemboman Kedutaan Besar AS di Beirut pada bulan April 1983, yang menewaskan 63 orang, dan barak Korps Marinir pada bulan Oktober tahun itu, yang menewaskan 241 orang Amerika.
Aqil juga mengawasi penculikan sandera Amerika dan Jerman di Lebanon, kata Departemen Luar Negeri AS tahun lalu. Departemen tersebut menobatkan Aqil sebagai "Teroris Global yang Ditunjuk Khusus" pada tahun 2019.
Pembunuhan Aqil terjadi di tengah gelombang besar serangan udara terhadap posisi Hizbullah di Lebanon selatan pada Kamis malam dan Jumat, menambah kekhawatiran akan peningkatan konflik yang serius di sepanjang perbatasan selama berbulan-bulan.
“Agresi baru ini adalah masalah hati nurani masyarakat internasional, yang tetap diam mengenai pelanggaran hak asasi manusia dan keadilan,” kata kabinet sementara Lebanon dalam sebuah pernyataan.