GAZA – Israel diperkirakan telah merogoh kocek lebih dalam di perang Gaza. Biaya ekonomi akibat serangan mematikan Israel di Gaza diyakini mencapai lebih dari USD67 miliar (Rp1.048 triliun), menurut perkiraan ekonom Israel pada Agustus lalu.
Perang ini telah menewaskan dan melukai hampir 140.000 warga Palestina sejak serangan lintas batas Hamas Oktober lalu. Bank Israel mengatakan pada Mei lalu bahwa biaya perang akan melonjak menjadi sekitar 250 miliar shekel (USD66 miliar) hingga akhir tahun depan.
Di sisi lain, ekonomi Israel hanya tumbuh sebesar 0,7% pada kuartal kedua tahun 2024, jauh di bawah perkiraan 3% oleh analis Bursa Efek Tel Aviv.
Pada bulan Agustus, rasio defisit anggaran terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai minus 8,3%, meningkat dari minus 7,6% pada bulan Juni, minus 6,2% pada bulan Maret, dan minus 4,1% pada bulan Desember lalu.
Pada bulan Agustus saja, defisit anggaran mencapai 12,1 miliar shekel (USD3,22 miliar).
Kondisi keuangan Israel diperkirakan semakin remuk dan hancur akibat keputusan perangnya di Gaza. Mengenai situasi keuangan domestik, para ekonom mengatakan lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut, sementara entitas yang lebih besar juga merasakan tekanan keuangan.
"Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah," terang peneliti ekonomi Israel Shir Hever.
"Pariwisata nol. Tidak ada pariwisata. Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir tidak ada,” lanjutnya.
Hever mengatakan yang menjadi perhatian utama adalah sektor teknologi tinggi Israel, yang dulunya merupakan bagian terpenting dari ekonomi Israel.
Dia menjelaskan hanya ada sedikit atau tidak ada tanda-tanda pemulihan, dengan indikator yang lemah, penurunan investasi asing dan pariwisata, bersama dengan eksodus warga yang mengkhawatirkan, memberikan gambaran suram bagi masa depan Israel.
"Krisis ekonomi hanya akan semakin buruk. Tidak ada prospek untuk pemulihan," terangnya.
Pendapatnya ini menggemakan penilaian baru-baru ini oleh Yoel Naveh, mantan kepala ekonom di Kementerian Keuangan Israel, yang mengatakan pemerintah harus bertindak dengan penuh semangat dan dengan tindakan segera untuk mencegah risiko krisis keuangan yang mengancam.
Ia menambahkan, kondisi saat ini dapat menyeret ekonomi yang dilanda perang ke dalam resesi dan membahayakan keamanan nasional negara tersebut.
(Susi Susanti)