"Saya bersaksi kehadiran Ridwan Kamil menjamin hak dari setiap warga negara untuk melaksanakan ibadah dan memeluk kepercayaan masing masing," jelas Martin.
Terkait persoalan janji kampanye untuk satu agama dalam Pilkada DKI Jakarta,
dirinya menegaskan tentu hal yang wajar ketika seorang calon kepala daerah (cakada) menyampaikan janji kampanye sesuai dengan konteksnya, yakni kepada siapa janji tersebut disampaikan.
"Jika cakada tersebut menghadiri pertemuan dalam forum yang dihadiri khusus oleh konstituen yang beragama Muslim, tentu yang disampaikan adalah program yang berkaitan dengan konstituen tersebut," imbuhnya.
Lain hal misal, lanjut Martin, cakada tersebut bertemu dengan umat Kristen, atau umat agama lainnya, tentu program yang disampaikan yang berhubungan dengan umat agama tersebut.
"Jadi menurut saya tidak perlulah disebarkan isu hoaks, seakan-akan ada janji kampanye yang diskriminatif. Jangan kita terhanyut lagi dalam politisasi agama. Membentur-benturkan agama satu sama lain demi kepentingan politik praktis," ujarnya.
Dia berpesan agar semua pihak lebih mengedepankan politik gagasan dengan membangun narasi kampanye positif dalam membangun Jakarta dan Indonesia dengan dasar Pancasila.
"Jangan lagi kita dibenturkan masalah perbedaan agama, suku, golongan dan lain-lain," tegas dia.
Baginya, figur Ridwan Kamil adalah pemimpin yang sudah terbiasa memimpin masyarakat yang majemuk. Mantan Wali Kota Bandung dan Gubernur Jawa Barat tersebut merupakan pemimpin yang berdiri di atas semua golongan.
Martin optimistis jika Ridwan Kamil-Suswono terpilih di Pilgub
DKI Jakarta 2024, keduanya akan memimpin di atas semua golongan. Membuat dan memberikan kebijakan serta program yang seadil-adilnya untuk semua suku, agama maupun golongan.
"Mengusahakan bagaimana kemudian rakyat kita bisa sejahtera, rakyat kita dapat melakukan aktivitas ekonomi dengan mendapat keberpihakan dari pemerintah," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)