JAKARTA - Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri G20 Parliamentary Speaker's Summit (P20) ke-10 di Brasil, Amerika Selatan. Puan membawa isu kelaparan akibat perang yang menurutnya berada di masa paling bahaya sejak perang dunia II.
Puan ditunjuk sebagai pembicara pertama pada sesi I P20 ke-10 yang dilangsungkan Kamis 7 November 2024. Sesi ini bertajuk ‘Kontribusi Parlemen terhadap Perang Melawan Kelaparan, Kemiskinan dan Ketimpangan'.
"Saya ingin menyampaikan apresiasi saya kepada Presiden Kamar Deputi dan Presiden Senat Federal Brasil yang menjadi tuan rumah KTT Pembicara P20 tahun 2024 di Kota Brasilia yang dinamis dan untuk keramahtamahan yang diberikan kepada saya dan delegasi DPR RI," kata Puan, dikutip dari keterangannya, Jumat (8/11/2024).
Puan menyinggung krisis global yang tengah dihadapi dan mengganggu kehidupan masyarakat dunia. Mulai dari pandemi Covid-19, ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, serta perang dan berbagai konflik yang telah meningkatkan kerawanan pangan dan energi. Hampir 700 juta orang atau setara dengan 8,5 persen populasi global di dunia pun masih hidup dalam kemiskinan ekstrem.
"Kita hidup di zaman ketegangan geopolitik, perang dan konflik yang sedang meningkat. Mungkin ini masa yang paling berbahaya sejak Perang Dunia ke-2 (World War II). Singkatnya, dunia sedang menghadapi badai secara bersamaan," katanya.
Puan menambahkan, meningkatnya ketegangan geopolitik dan besarnya persaingan antar negara, telah mengalihkan perhatian dunia dari masyarakat miskin. Padahal, pengeluaran militer global mencapai US$ 2,4 triliun pada 2023 atau setara dengan 2,3% PDB global.
Pada periode yang sama tahun 2023, bantuan pembangunan resmi (ODA) berjumlah US$ 223,7 miliar atau kurang dari 10% belanja global militer.
"Meskipun kita tahu bahwa komunitas internasional mengalami kesulitan untuk mengalokasikan anggaran untuk pendanaan iklim dan membangun sekolah, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan pembangunan lainnya untuk negara-negara berkembang," katanya.
Kemudian, Puan mempertanyakan apa jadinya jika dunia bisa mengalokasikan 50% belanja militer global atau sekitar US$ 1,2 triliun setiap tahun hingga 2030 untuk membantu masyarakat miskin. Ia menilai, pastinya bisa membawa dampak besar.
“Kita akan memiliki dunia yang berbeda, di mana agenda dunia bebas dari kemiskinan dan kelaparan dapat tercapai pada tahun 2030,” ujarnya.