Namun, tantangan terbesar bagi JSDF adalah ketidakmampuannya melakukan operasi gabungan yang melibatkan tiga cabang militernya, yaitu angkatan darat, laut, dan udara. Operasi gabungan ini penting agar semua cabang militer dapat bekerja secara terpadu. Tanpa kemampuan ini, JSDF hanya berfungsi sebagian, bukan sebagai kekuatan utuh. Jepang menyadari kelemahan ini dan sedang berupaya memperbaikinya, meskipun prosesnya memerlukan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit.
Secara umum, kualitas personel JSDF cukup tinggi. Namun, mereka mengalami tantangan kesejahteraan seperti gaji rendah, fasilitas perumahan yang terbatas, serta kurangnya dukungan dari elit politik Jepang, yang berdampak pada motivasi personel dalam tugas pertahanan. Selain itu, jumlah personel JSDF masih jauh dari ideal.
Dalam upaya mempertahankan kesiapan dan modernisasi, Jepang menargetkan peningkatan anggaran pertahanan hingga 2% dari PDB. Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas jangka panjang, termasuk pengembangan sistem senjata dan teknologi mutakhir, serta pengadaan kapal perang yang dilengkapi dengan sistem pertahanan Aegis dan pengembangan sistem pencegat hipersonik bersama Amerika Serikat. Jepang juga merencanakan untuk mempercepat pengadaan misil jelajah Tomahawk dan misil anti-kapal Type-12 yang ditingkatkan.
Untuk mendukung pertahanan yang lebih luas, Jepang juga mengembangkan sistem tanpa awak seperti kendaraan amfibi nirawak dan drone guna mendukung logistik pasukan. Pemerintah Jepang berencana membentuk formasi baru di wilayah barat daya guna memperkuat kemampuan penyebaran pasukan. Selain itu, Jepang akan memperoleh kapal pendukung manuver dan helikopter angkut untuk meningkatkan mobilitas pasukan.
(Rahman Asmardika)