Negara-negara Barat telah membunyikan alarm atas perubahan kebijakan luar negeri Georgia dan pergeseran otoriter, dengan Uni Eropa mengancam sanksi atas tindakan keras terhadap protes yang telah menyebabkan ratusan orang ditangkap.
Sejak pecahnya perang di Ukraina, Mimpi Georgia telah bergerak untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia, yang mendukung dua wilayah Georgia yang memisahkan diri dan mengalahkan Georgia dalam perang lima hari pada tahun 2008.
Puluhan ribu pengunjuk rasa telah berunjuk rasa di luar parlemen setiap malam selama lebih dari dua minggu. Beberapa telah melemparkan kembang api ke polisi, yang telah menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi.
Pemerintah telah berulang kali mengatakan bahwa protes tersebut merupakan upaya untuk menggelar revolusi pro-UE dan perebutan kekuasaan dengan kekerasan. Kementerian Dalam Negeri Georgia mengatakan bahwa lebih dari 150 petugas terluka selama protes tersebut.
(Rahman Asmardika)