Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa Washington tidak memiliki keterlibatan ataupun pengetahuan sebelumnya tentang pembunuhan tersebut. Sementara itu, juru bicara Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa Kirillov telah mendukung invasi ilegal yang menyebabkan penderitaan dan kematian bagi rakyat Ukraina.
Kirillov, 54 tahun, adalah pejabat militer Rusia paling senior yang dibunuh oleh Ukraina di wilayah Rusia sejak invasi skala penuh yang dimulai hampir tiga tahun lalu. Kirillov meninggalkan seorang istri dan dua anak laki-laki.
Igor Kirillov lahir pada 13 Juli 1970 di Kostroma, Republik Soviet Rusia. Ia bergabung dengan Angkatan Bersenjata Uni Soviet pada tahun 1987 dan lulus dengan pujian dari Sekolah Komando Militer Kimia Kostroma pada tahun 1991.
Dari 1991 hingga 1994, ia menjabat sebagai komandan peleton di Grup Pasukan Barat. Setelah grup tersebut meninggalkan Jerman, Kirillov bertugas di Distrik Militer Moskow. Mulai tahun 1995, ia memegang berbagai jabatan, dari komandan perusahaan hingga komandan brigade di brigade perlindungan radiasi, kimia, dan biologis yang terpisah.
Antara 2005 hingga 2007, ia melanjutkan studi di Akademi Militer Perlindungan NBC (Nuklir, Biologis, dan Kimia). Sejak 2009, ia bekerja di berbagai posisi di Kantor Kepala Pasukan Perlindungan NBC Angkatan Bersenjata Rusia. Pada September 2014, Kirillov diangkat menjadi kepala Akademi Militer Perlindungan NBC Timoshenko.
Menyadur DW, karier publik Letnan Jenderal Igor Kirillov dimulai pada 2017 ketika ia diangkat sebagai komandan pasukan pertahanan nuklir, biologi, dan kimia Rusia. Pada tahun yang sama, Kirillov menjadi juru bicara pemerintah Rusia terkait serangan kimia yang menewaskan puluhan orang di kota Douma, Suriah, pada April 2017.
Pada saat itu, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis menuduh rezim Presiden Bashar Assad yang berkuasa sebagai pelaku serangan tersebut dan menyerang beberapa target pemerintah Suriah sebagai balasan. Dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Rusia dan Suriah di Den Haag, Kirillov mengklaim bahwa serangan kimia tersebut telah direkayasa.