Ia juga menambahkan bahwa dampak cuaca ini perlu diantisipasi, terutama di wilayah pesisir dan perairan selatan Indonesia, karena potensi cuaca ekstrem dapat mempengaruhi aktivitas pelayaran dan masyarakat pesisir.
"BMKG terus memantau perkembangan sistem ini dan akan menyampaikan pembaruan informasi secara berkala untuk memastikan keselamatan masyarakat," ucapnya.
Sementara itu, Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa potensi peningkatan curah hujan dalam sepekan ke depan tidak hanya dipengaruhi oleh keberadaan Bibit Siklon 97S, tetapi juga oleh kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas lebih tinggi.
“Monsun dan seruakan dingin dari Asia turut berkontribusi pada peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya di bagian barat,” ungkap Andri Ramdhani.
Andri menjelaskan, selain Bibit Siklon Tropis 97S, sirkulasi siklonik yang sudah terbentuk beberapa hari lalu di sekitar Nusa Tenggara juga memengaruhi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia. Kondisi ini semakin diperkuat dengan aktivitas gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin yang diprakirakan tetap aktif dalam sepekan ke depan, khususnya di wilayah Sumatra, Jawa, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.