Banjir yang terus berulang ini tak hanya menyulitkan aktivitas sehari-hari tetapi juga menguras tenaga dan biaya warga. Mereka harus menghadapi mati listrik, kesulitan mendapatkan air bersih, serta stok makanan yang menipis.
“Banjir itu bikin boros. Mau beli makan susah, bersihin rumah juga capek. Belum lagi nanti setelah ini pasti yang sakit banyak,” keluh Rina.
Kondisi ini pun sudah terjadi sejak 2005, di mana saat itu ketinggian banjir bisa lebih dari dua meter dan surutnya memakan waktu hingga dua minggu. Kini, meskipun durasi surut lebih cepat, dampaknya tetap menyulitkan.
“Sekarang surutnya tiga sampai empat hari, tapi tetap aja selama itu kita kesulitan,” katanya.
Rina dan warga lain berharap ada solusi nyata dari pemerintah agar siklus banjir ini tidak terus berulang. Meski mendung masih menggantung di langit Dayeuhkolot, warga tetap waspada. Mereka tahu, jika hujan kembali turun deras, banjir isi ulang ini bisa datang lagi kapan saja.
“Tolong dong, bagaimana caranya supaya ini gak terus kaya gini. Saluran air, rumah pompa, semua harus difungsikan dengan baik,” pintanya.
(Arief Setyadi )