JAKARTA - Kerajaan Majapahit sempat berpindah istana kerajaannya sejak membuka hutan di wilayah Tarik. Dugaan ini disebutkan dalam beberapa catatan sejarah kitab kuno mulai dari Kakawin Pararaton hingga Nagarakretagama.
Pada Kakawin Pararaton dikisahkan, bahwa hutan yang diminta Raden Wijaya untuk dibuka menjadi permukiman disebut dengan istilah alasing wong Trik, atau hutan milik warga Trik. Sementara itu, Kidung Rangga Lawe menyebut hutan itu bernama Alas Těrik atau Hutan Terik. Secara toponimi ada kemiripan antara Těrik dengan Kecamatan Tarik di ujung barat Kabupaten Sidoarjo, berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto.
Ada dugaan bahwa lokasi Majapahit awal yang berasal dari pembukaan Hutan Těrik sekarang menjadi Dusun Klinter, Desa Kedungbocok, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, dikutip dari buku "Pararaton : Biografi Para Raja Singhasari - Majapahit".
Hal ini karena di sana ditemukan sejumlah benda purbakala, antara lain bangunan bata kuno yang diduga sebagai sisa-sisa pagar atau dinding dan pecahan tembikar kuno.
Pemberontakan Ra Kuti di masa Jayanagara membuat ibu kota istana Majapahit berpindah pada tahun 1319. Dimana istana Majapahit pindah ke wilayah barat, yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, ada juga penelitian terhadap Situs Medowo yang berada di Desa Gampingrowo, Kecamatan Tarik, tepat di sebelah utara Desa Kedungbocok, ditemukan berbagai peninggalan purbakala ditemukan di situs tersebut, antara lain sisa-sisa bangunan bata, tembikar, terakota, keramik asing, dan tulang hewan, yang tersebar cukup luas. Situs ini diperkirakan berasal dari era Majapahit.