Ahmed Mousa, yang menjalankan program rehabilitasi fisik di Gaza untuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengatakan sedikitnya 3.000 orang telah terdaftar dalam program mereka. Dengan 1.800 di antaranya telah diamputasi. Menurut OCHA dan ICRC, ribuan orang Palestina lainnya telah menderita cedera tulang belakang atau kehilangan penglihatan atau pendengaran.
Pejabat ICRC menyatakan, banyaknya jumlah korban luka telah memperlambat dan mempersulit upaya untuk memberikan perawatan. Mengirimkan anggota tubuh buatan ke Jalur Gaza merupakan tantangan.
"Saat ini, mendapatkan prostetik atau alat bantu mobilitas yang tepat semakin menjadi tantangan di Gaza dan sayangnya tidak ada jadwal yang jelas bagi banyak orang," kata Mousa.
Israel menangguhkan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan gagal bulan lalu.
Abu Qainas, yang mengikuti program terapi Moussa, mengatakan bahwa dia tidak tahu kapan dia akan mendapatkan kaki buatan atau perawatan di luar negeri.
"Mereka menyuruh saya untuk menunggu, tetapi saya tidak tahu apakah itu akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.
Anak-anak tidak luput dari pembantaian. Sebuah studi pada bulan April oleh Biro Statistik Palestina mengatakan sedikitnya 7.000 anak telah terluka sejak Oktober 2023, dengan ratusan anak kehilangan anggota tubuh, penglihatan, atau pendengaran.