Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mengapa Dedi Mulyadi Sering Pakai Ikat Kepala Khas Sunda?

Fahmi Firdaus , Jurnalis-Jum'at, 25 April 2025 |16:15 WIB
Mengapa Dedi Mulyadi Sering Pakai Ikat Kepala Khas Sunda?
Mengapa Dedi Mulyadi Sering Pakai Ikat Kepala Khas Sunda?
A
A
A

JAKARTA – Mengapa Dedi Mulyadi sering pakai ikat kepala khas Sunda? Okezone akan mengulas secara lengkap dalam artikel hari ini Jumat, (25/4/2025).

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memiliki gaya kepemimpinan yang tegas, sederhana, dan dekat dengan rakyat kecil. Dedi Mulyadi juga sering menggunakan ikat kepala putih di setiap kegiatannya.

Politikus Partai Gerindra ini, mengungkapkan alasannya menggunakan ikat kepala putih. Yaitu terinspirasi dari satu tokoh Semar.

"Dia memilih tinggal di kampung Tumaritis. Dia orang yang memiliki kualifikasi manusia atau tokoh sempurna dalam pewayangan, namanya Lurah Semar Badranaya," ujar Dedi usai acara debat perdana Pilgub Jabar, di Graha Sanusi, Universitas Padjadjaran, Bandung, Senin malam (11/11/2024).

Menurutnya, Semar memiliki rambut kuncung atau jambul kareba menunjukkan perjalanan hidupnya yang sederhana sekalipun dirinya perlambang sosok manusia mulia.

"Bahkan jabatannya hanya sebagai Lurah. Dia manusia mulia yang tidak pernah memperlihatkan kemuliaannya. Ia lebih memilih menjadi manusia yang berguna menanam padi, memelihara ikan, domba, sapi dan membangun desa," ujar Dedi.

Ikat kepala yang dipakai Dedi Mulyadi merupakan Totopong atau Iket Sunda. Nama "Totopong" dalam bahasa Sunda berarti "menggunakan tutup kepala menurut aturan tertentu". Kata "iket" sendiri berarti "ikat" atau "ikatan".

Dilansir beragam sumber, Totopong atau Iket Sunda adalah penutup kepala tradisional khas masyarakat Sunda yang terbuat dari kain berbentuk bujur sangkar yang diikat atau dilipat dengan teknik tertentu.

 

Totopong telah menjadi bagian dari budaya Sunda sejak zaman kerajaan di Tatar Parahyangan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pada zaman dahulu, bentuk iket mencerminkan kelas sosial pemakainya.

Filosofi dan Makna Totopong bukan hanya sekadar penutup kepala, tetapi juga memiliki filosofi dan makna yang mendalam bagi masyarakat Sunda. Salah satu filosofi yang dipercaya adalah sebagai pengikat hawa nafsu untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Totopong juga dianggap sebagai representasi estetika budaya Sunda yang di dalamnya terkandung nilai-nilai tentang kesemestaan, ketuhanan, dan kebenaran.

Sejumlah sumber mengatakan, filosofi "Opat Kalima Pancer" melambangkan empat unsur alam dan diri manusia dalam iket. Totopong atau Iket Sunda juga dapat menjadi simbol status sosial dan penghormatan terhadap kedudukan seseorang.

(Fahmi Firdaus )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement