Untuk mewujudkan transisi ke pemerintahan baru, Pahlavi mengajak unsur oposisi dalam negeri, profesional, tokoh bisnis dan bahkan anggota militer untuk bersatu dalam "national unity summit". Ia juga membuka kanal komunikasi dengan aparat keamanan yang mulai mempertimbangkan alih haluan.
Meskipun menolak klaim ingin merebut kekuasaan secara pribadi, Pahlavi menawarkan diri menjadi pemimpin sementara selama transisi, sembari memastikan proses persidangan yang adil bagi Khamenei, asalkan sang pemimpin tertinggi bersedia mundur secara sukarela . Ia menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah membangun Iran demokratis dengan nilai sekularisme, kebebasan individu, kesetaraan, dan pemisahan agama dan negara.
Proposisi Pahlavi mendapat sambutan beragam. Beberapa analis memperingatkan bahwa ketergantungan pada intervensi militer seperti serangan Israel atau AS bisa membahayakan stabilitas pasca-rezim, sebagaimana yang terjadi di Irak atau Libya.
(Awaludin)