Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

China Mulai Pembangunan Bendungan Terbesar di Dunia, Picu Kekhawatiran India dan Bangladesh

Rahman Asmardika , Jurnalis-Senin, 21 Juli 2025 |20:12 WIB
China Mulai Pembangunan Bendungan Terbesar di Dunia, Picu Kekhawatiran India dan Bangladesh
Sungai Yarlung Tsanpo akan menjadi lokasi pembangunan bendungan terbesar di dunia. (Foto: HSDC)
A
A
A

JAKARTA – Pemerintah China telah mulai membangun bendungan yang akan menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia di wilayah Tibet. Proyek raksasa ini telah memicu kekhawatiran dari India dan Bangladesh.

Perdana Menteri China, Li Qiang, memimpin upacara yang menandai dimulainya pembangunan di Sungai Yarlung Tsangpo pada Sabtu (19/7/2025), menurut media lokal.

Sungai tersebut mengalir melalui Dataran Tinggi Tibet. Proyek ini telah menuai kritik karena potensi dampaknya terhadap jutaan warga India dan Bangladesh yang tinggal di hilir sungai, serta lingkungan sekitar dan warga Tibet setempat.

Beijing mengatakan bahwa skema tersebut, yang diperkirakan menelan biaya RMB1,2 triliun (Rp2.727 triliun), akan memprioritaskan perlindungan ekologi dan meningkatkan kesejahteraan lokal.

Setelah selesai, proyek ini—yang juga dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air Motuo—akan mengalahkan Bendungan Tiga Ngarai sebagai bendungan terbesar di dunia dan dapat menghasilkan energi tiga kali lipat lebih banyak.

Kekhawatiran India dan Bangladesh

Para ahli dan pejabat telah menyuarakan kekhawatiran bahwa bendungan baru ini akan memberi China wewenang untuk mengendalikan atau mengalihkan Sungai Yarlung Tsangpo lintas batas, yang mengalir ke selatan menuju negara bagian Arunachal Pradesh dan Assam di India serta ke Bangladesh, bermuara di Sungai Siang, Brahmaputra, dan Jamuna.

Sebuah laporan tahun 2020 yang diterbitkan oleh Lowy Institute, sebuah lembaga kajian berbasis di Australia, mencatat bahwa "kendali atas sungai-sungai ini (di Dataran Tinggi Tibet) secara efektif memberi China cengkeraman kuat pada perekonomian India".

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita PTI awal bulan ini, Menteri Utama Arunachal Pradesh, Pema Khandu, menyatakan kekhawatiran bahwa Sungai Siang dan Brahmaputra dapat "mengering secara signifikan" setelah bendungan selesai dibangun.

 

Ia menambahkan bahwa bendungan itu "akan menimbulkan ancaman eksistensial bagi suku-suku dan mata pencaharian kami. Ini cukup serius karena Tiongkok bahkan bisa menggunakannya sebagai semacam 'bom air'."

"Misalkan bendungan itu dibangun dan mereka tiba-tiba melepaskan air, seluruh wilayah sabuk Siang kami akan hancur," ujarnya, sebagaimana dilansir BBC. "Khususnya, suku Adi dan kelompok-kelompok serupa... akan menyaksikan semua properti, tanah, dan terutama nyawa manusia mereka, menderita dampak yang menghancurkan."

Pada Januari, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa mereka telah menyampaikan kekhawatiran kepada China tentang dampak bendungan raksasa itu dan mendesak Beijing untuk "memastikan kepentingan negara-negara hilir" tidak dirugikan. Mereka juga menekankan "perlunya transparansi dan konsultasi dengan negara-negara hilir".

India berencana membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air di Sungai Siang, yang akan berfungsi sebagai penyangga terhadap pelepasan air mendadak dari bendungan Tiongkok dan mencegah banjir di wilayah mereka.

Kementerian Luar Negeri China sebelumnya telah menanggapi India dengan menyatakan pada 2020 bahwa Beijing memiliki "hak yang sah" untuk membendung sungai tersebut dan telah mempertimbangkan dampaknya terhadap hilir.

Bangladesh juga menyampaikan kekhawatirannya kepada China tentang proyek tersebut. Pada Februari, para pejabat mengirim surat kepada Beijing untuk meminta informasi lebih lanjut tentang bendungan itu.

Dampak Bagi Tibet

Pihak berwenang China telah lama mengamati potensi pembangkit listrik tenaga air di lokasi bendungan di Daerah Otonomi Tibet.

 

Bendungan ini terletak di ngarai besar yang diklaim sebagai ngarai terdalam dan terpanjang di dunia, di sepanjang bagian di mana Yarlung Tsangpo—sungai terpanjang di Tibet—berbelok tajam di sekitar Gunung Namcha Barwa.

Dalam proses belokan ini—disebut "Kelokan Besar"—ketinggian sungai menurun ratusan meter.

Laporan sebelumnya mengindikasikan bahwa pihak berwenang berencana mengebor beberapa terowongan sepanjang 20 km melalui Gunung Namcha Barwa, yang akan digunakan untuk mengalihkan sebagian aliran sungai.

Selama akhir pekan, sebuah laporan Xinhua tentang kunjungan Li Qiang mengatakan bahwa para insinyur akan melakukan pekerjaan "pelurusan" dan "mengalihkan air melalui terowongan" untuk membangun lima pembangkit listrik bertingkat.

Xinhua juga melaporkan bahwa listrik dari bendungan pembangkit listrik tenaga air tersebut sebagian besar akan disalurkan ke luar wilayah itu untuk digunakan di tempat lain, sekaligus mengakomodasi kebutuhan Tibet.

Beijing dan media pemerintah telah menyajikan bendungan-bendungan ini sebagai solusi yang saling menguntungkan: mengurangi polusi, menghasilkan energi bersih, sekaligus meningkatkan taraf hidup warga pedesaan Tibet. Namun, para aktivis mengatakan bendungan-bendungan tersebut adalah contoh terbaru eksploitasi Beijing terhadap warga Tibet dan kekayaan alam mereka—dan protes-protes sebelumnya telah ditumpas.

 

Tahun lalu, pemerintah China menangkap ratusan warga Tibet yang memprotes pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air lainnya. Aksi protes tersebut berujung penangkapan dan pemukulan, dengan beberapa orang mengalami luka parah.

Ada juga kekhawatiran lingkungan atas risiko banjir di lembah-lembah Tibet yang terkenal karena keanekaragaman hayatinya, serta bahaya pembangunan bendungan di wilayah yang penuh dengan patahan gempa bumi.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement