JAKARTA – Mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus sahabat dekat Tom Lembong, Anies Baswedan, mengaku kecewa atas vonis penjara yang dijatuhkan kepada Tom dalam kasus importasi gula. Tom Lembong divonis 4,5 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Menurut Anies, vonis tersebut mencederai rasa keadilan. Ia menilai, jika seseorang seperti Tom Lembong, yang dikenal bersih dan berhati-hati dalam kebijakan publik, bisa dihukum tanpa dasar kuat, maka jutaan warga biasa yang tak punya sorotan media bisa lebih rentan dikriminalisasi.
“Yang membuat saya kecewa, bahkan terkejut dan terguncang adalah bila seseorang seperti Tom Lembong saja yang selama hidupnya dikenal bersih, terbuka, sangat hati-hati dalam kebijakan, dan proses pengadilannya disorot semua media, rekamannya tersedia, aksesnya terbuka, bisa dihukum tanpa dasar yang kokoh,” ujar Anies dalam program Rakyat Bersuara di iNews TV, Selasa (22/7/2025).
“(Maka) betapa rawannya jutaan warga negara lain yang tidak punya nama besar, tidak mendapatkan sorotan media, dan tidak memiliki akses pembelaan,” sambungnya.
Anies menegaskan, bahwa hukum seharusnya menjadi alat untuk menghadirkan ketertiban, bukan menciptakan rasa takut. Ia menyayangkan apabila demokrasi kehilangan akal sehat dan hukum kehilangan integritas.
“Kekecewaan ini bukan semata-mata soal keadilan untuk Tom Lembong, tetapi ini menjadi cermin bagi kita semua. Demokrasi tanpa akal sehat, hukum tanpa integritas, hanya akan menyisakan rasa takut, bukan menghadirkan ketertiban,” jelasnya.
Ia juga menyebut bahwa vonis terhadap Tom Lembong seolah mengabaikan fakta-fakta yang terungkap selama persidangan.
“Kekecewaan itu lahir dari rasa keadilan yang terciderai, dari akal sehat yang tidak dihormati, bahkan disepelekan dan dari kecemasan bahwa proses hukum seperti ini bisa bergulir tanpa kendali moral, apalagi logika publik,” tambahnya.
Menurut Anies, sistem hukum yang berintegritas adalah syarat mutlak untuk menciptakan keadilan dan ketertiban. Ia menekankan bahwa rasa takut bukanlah fondasi yang sehat bagi bangsa dan negara.
“Dalam negara yang sedang kita bangun bersama, rasa takut bukanlah pondasi yang sehat. Keadilanlah yang seharusnya menjadi fondasi yang kokoh dan sehat,” tandasnya.
(Awaludin)