Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh budaya, akademisi, budayawan, penglingsir puri, hingga perwakilan komunitas masyarakat adat. Kehadiran mereka menegaskan bahwa pelestarian warisan budaya seperti keris merupakan gerakan kolektif yang membutuhkan partisipasi banyak pihak.
Beberapa tokoh dan pejabat yang hadir, di antaranya para penglingsir puri di Bali; Ketua DPRD Provinsi Bali, Dewa Made Mahayadnya; Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supatma Rudana; Direktur Neka Art Museum, Pande Made Kardi Suteja; Kurator Pameran Seni Rupa Keris, Mikke Susanto; serta Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan.
Hadir pula Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Wawan Yogaswara; Direktur Bina Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; Direktur Warisan Budaya, I Made Dharma Suteja; Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Indira Esti Nurjadin; dan Keluarga besar SNKI Korwil Bali.
Melalui buku Taksu Keris Bali, Kementerian Kebudayaan meneguhkan komitmen menghadirkan literatur kebudayaan yang dapat menjangkau lintas generasi, sekaligus memperkuat peran keris Bali sebagai ikon budaya dunia yang menyimpan nilai, filosofi, dan spiritualitas mendalam.
(Agustina Wulandari )