NAGEKEO - Anggota DPRD Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Kosmas Lawa Bagho, merespons cepat setelah mengetahui adanya kerusakan deker di Dusun 02, Desa Nagerawe, Kecamatan Boawae.
Sekretaris Komisi II DPRD Nagekeo ini gotong royong bersama warga memperbaiki deker yang sudah dua tahun rusak akibat hujan deras tersebut. Deker merupakan konstruksi plat beton yang berfungsi sebagai jembatan kecil di atas saluran air, gorong-gorong, atau sungai kecil, menghubungkan dua bagian jalan atau area yang terpisah.
"Waktu pertemuan dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air dan Kelompok Wanita Tani, mereka minta diperbaiki. Lalu kita sepakati kerja sama, tanggung bersama, dan kerja bersama-sama," ungkap Kosmas Lawa Bagho, Senin (29/9/2025).
Kerusakan deker tersebut sempat memutus akses transportasi warga, baik kendaraan roda dua maupun roda empat, menuju sentra produksi pertanian, perkebunan, dan peternakan di Lowoho’o, Edo, dan Tura. Akibatnya, mobilitas masyarakat dan distribusi hasil produksi ikut terganggu.
Kosmas, yang merupakan anggota legislatif Partai Perindo atau dikenal dengan Partai Kita, turun langsung bersama warga untuk mengatasi persoalan ini. Dalam aksi gotong royong itu, masyarakat menyiapkan batu, air, serta tenaga, sementara Kosmas menyiapkan semen, pasir, dan ikut bekerja.
“Ini bentuk kolaborasi kerja nyata. Hasilnya sekarang akses jalan sudah bisa dilewati dengan aman. Semua berkat kerja sama masyarakat dan dewan,” tutur Kosmas sembari menuturkan pengerjaan memakan waktu dua hari.
Menurutnya, kerja bersama ini bukan hanya memperbaiki infrastruktur, tetapi juga membangun kemandirian dengan memanfaatkan kearifan lokal.
“Kolaborasi positif-produktif sembari membangun kemandirian berbasis kearifan lokal,” tambahnya.
Kosmas berharap, ke depan pemerintah lebih memperhatikan infrastruktur dasar di Desa Nagerawe, Focolodorawe, dan Alorawe. Pasalnya, infrastruktur di wilayah ini masih menjadi titik kritis yang butuh penanganan serius.
"Mohon pemerintah ke depannya memperhatikan infrastruktur jalan dan bendungan yang masih menjadi titik kritis," pungkasnya. (Nur Iman Gunarba)
(Arief Setyadi )