Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Greta Thunberg Dipukuli, Ditendang, dan Dihina Selama Lima Hari di Tahanan Israel

Rahman Asmardika , Jurnalis-Kamis, 16 Oktober 2025 |22:32 WIB
Greta Thunberg Dipukuli, Ditendang, dan Dihina Selama Lima Hari di Tahanan Israel
Aktivis kemanusiaan Swedia, Greta Thunberg.
A
A
A

JAKARTA – Aktivis Swedia ternama Greta Thunberg menceritakan penyiksaan yang dialaminya selama lima hari mengerikan dalam tahanan Israel awal bulan ini. Greta ditahan Israel menyusul upaya armada kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza.

Greta menggambarkan dirinya “dipukuli, ditendang, dan diancam akan digas dalam kandang” oleh pasukan Israel. Dia membagikan detail yang gamblang tentang penderitaannya bersama para aktivis Swedia lainnya dalam armada bantuan Global Sumud, yang berupaya mematahkan blokade Israel selama bertahun-tahun terhadap bantuan makanan dan medis kemanusiaan ke Jalur Gaza.

"Ini bukan tentang saya atau yang lain dari armada. Ada ribuan warga Palestina, ratusan di antaranya anak-anak, yang ditahan tanpa pengadilan saat ini, dan banyak dari mereka kemungkinan besar disiksa," kata Thunberg kepada harian Swedia Aftonbladet, menekankan penderitaan penduduk Gaza yang lebih luas.

Penderitaan Greta dimulai ketika tentara Israel bertopeng dengan senjata otomatis menaiki perahu armada, katanya.

Dia menceritakan pengalamannya dipaksa duduk melingkar di tengah terik matahari sementara para tentara mengacak-acak perbekalan, membuang obat-obatan dan makanan ke tempat sampah.

“Di sana sangat panas ... Kami terus memohon: Bolehkah kami minta air? Bolehkah kami minta air? Akhirnya, kami berteriak. Para penjaga berjalan di depan jeruji besi sepanjang waktu, tertawa dan mengangkat botol air mereka,” ujarnya, menyoroti dampak psikologis dari perampasan dan ejekan yang disengaja tersebut.

 

“Mereka menendang saya sementara bendera Israel menyentuh saya.”

Aktivis tersebut mengatakan kapal itu akhirnya dibawa ke Ashdod, pelabuhan industri terbesar Israel, di mana kekerasan semakin meningkat.

Ia menggambarkan dirinya diseret melintasi area beraspal dengan bendera Israel menempel di tubuhnya dan berulang kali ditendang. Tangannya diikat erat, dan para penjaga berbaris untuk berswafoto sementara ia duduk terhina.

"Saya diseret ke area beraspal yang dipagari besi, dan mereka memukul serta menendang saya sementara bendera Israel menyentuh saya. Mereka merobek topi kodok saya, melemparkannya ke tanah, menginjak-injaknya, dan meneriakkan hinaan dalam bahasa Swedia," kata Greta, sebagaimana dilansir Anadolu.

"Mereka memindahkan saya dengan sangat brutal ke sebuah sudut... 'Tempat khusus untuk seorang wanita istimewa,' kata mereka. Dan kemudian mereka belajar (frasa) 'Lilla hora' (Wanita kecil) dan 'Hora Greta' (Wanita Greta) dalam bahasa Swedia, yang mereka ulangi terus-menerus."

Greta juga menggambarkan ancaman dan kekerasan fisik dari Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir, yang berteriak, "Kalian teroris. Kalian ingin membunuh bayi-bayi Yahudi," sementara yang lain yang berunjuk rasa dipukuli.

"Semua yang mereka lakukan sangat kejam."

Para penjaga secara teratur mengancam para tahanan dengan gas, memaksa mereka berdiri atau berlutut selama berjam-jam dalam suhu ekstrem, dan menempatkan mereka di sel-sel kecil yang penuh sesak dengan sedikit makanan atau air. Di salah satu sel, para tahanan dipaksa minum air keran berwarna cokelat, dan beberapa jatuh sakit.

 

"Para penjaga tidak memiliki empati atau rasa kemanusiaan ... Semua yang mereka lakukan sangat kejam. Obat-obatan orang – jantung, kanker, insulin – dibuang di depan mata mereka," katanya.

Greta juga mencatat melihat lubang peluru dan noda darah di dinding penjara, di samping pesan-pesan yang diukir oleh para tahanan Palestina yang ditahan di hadapannya.

Namun, ia kembali menekankan bahwa fokus cerita harus tetap pada Gaza, bukan pada perlakuan buruk terhadap peserta flotila: "Apa yang kami alami hanyalah sebagian kecil dari apa yang dialami warga Palestina."

Armada tersebut, yang terdiri dari 500 sukarelawan berusia 18 hingga 78 tahun, termasuk guru, dokter, pelajar, dan anggota parlemen. Banyak peserta, termasuk sukarelawan Yahudi, mempertaruhkan hubungan keluarga mereka untuk memprotes krisis kemanusiaan di Gaza.

Kementerian Luar Negeri Swedia, menurut Greta dan tahanan lainnya, sebagian besar gagal turun tangan membantu warganya yang ditahan. "Mereka tidak melakukan apa pun ... hanya berkata: 'Tugas kami adalah mendengarkan Anda. Kami di sini dan Anda berhak atas dukungan konsuler'," katanya.

 

Surel yang ditinjau oleh Aftonbladet mengonfirmasi bahwa kerabat para tahanan diberi laporan yang diperlunak tentang peristiwa tersebut, sementara detail penting – termasuk kurangnya air dan perawatan medis – dihilangkan.

Greta Thunberg dan anggota armada lainnya berencana mengajukan pengaduan kepada Ombudsman Parlemen. Kerabat dan peserta mengkritik pemerintah karena gagal menegakkan hak-hak warga negara Swedia.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement