Menurut Yahya, lonjakan kasus dipicu oleh kualitas udara yang memburuk, cuaca ekstrem, dan penularan udara yang cepat.
“Di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu, kualitas udara menurun, serta imunitas masyarakat melemah akibat kelelahan dan stres, potensi penyebaran bisa meningkat secara eksponensial,” jelas legislator dari Dapil Jawa Timur VIII itu.
Yahya menegaskan, bahwa pendekatan pencegahan harus diperkuat, bukan hanya pengobatan. Ia mendesak Kementerian Kesehatan memperkuat Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) di puskesmas serta mempercepat pelaporan kasus.
“Kemenkes harus meningkatkan pengawasan kualitas udara dan bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup serta pemerintah daerah, karena faktor polusi sangat berpengaruh terhadap peningkatan ISPA,” tuturnya.