"Meskipun keluarganya melakukan advokasi di Kongres dan melibatkan Kedutaan Besar AS, Ibrahim tetap berada di penjara Israel. Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang secara sistematis menuntut anak-anak di pengadilan militer," tegasnya.
Ibrahim ditahan setelah tentara Israel menggerebek rumah keluarganya di Tepi Barat yang diduduki pada Februari. Ia mengingat tentara memukulinya dengan popor senapan saat ia diangkut.
Remaja itu sempat ditempatkan di penjara Megiddo yang terkenal kejam, yang digambarkan tahanan Palestina sebagai "rumah jagal".
"Setiap tahanan menerima dua selimut, namun kami masih kedinginan di malam hari. Tidak ada sistem pemanas atau pendingin di kamar. Barang-barang yang ada hanyalah kasur, selimut, dan satu Al-Quran di setiap kamar," ungkapnya.
Ibrahim didakwa dengan tuduhan melempar batu ke pemukim Israel, sebuah tuduhan yang ia tolak. Para ahli hukum menegaskan warga Palestina di pengadilan militer Israel hampir tidak pernah menerima peradilan yang adil.
(Fetra Hariandja)