"Kan waktu zaman Pak Anies Baswedan itu dibilang itu tanggul hanya sementara, padahal saat itu sudah ada solusinya antara pelebaran kali, normalisasi kali, lebar seperti zaman dahulu 20 meter atau dibuatkan embung, tapi karena terbentur pandemi Corona dan ada penggantian Pak Anies sehingga gubernur berikutnya tidak melanjutkan apa yang dikehendaki masyarakat dan warga," paparnya.
"Sampai kapan pun, kalau kita tidak buatkan embung atau tidak buatkan normalisasi kali, karena kan kali dari atas sampai bawah itu lama-lama kalau kata Pak Anies menghilang, makin kecil kan, debit air makin tinggi, otomatis ya selesailah apa adanya," bebernya lagi.
Dia mengungkap, meski pembangunan tanggul bukanlah solusi jangka panjang, tapi setidaknya Gubernur terdahulu peduli pada warganya dengan terjun langsung ke lokasi banjir. Salah satu solusi terbaik mengantisipasi banjir di wilayah tersebut dengan pelebaran kali.
"Kan saya 15 RT, (biasanya saat banjir) yang kena 10 RT itu RT 1, 9, 3, 4, 6, 12, 13, 14, 15, dan 8. Sekarang 8 RT sudah kering. Bantuan makanan pakaian sudah ada di pengungsian saat kejadian, dari Pemprov dan donatur, pengobatan juga, tapi sekarang pasca (banjir) enggak (ada lagi), yang batuk, gatal, diare sehingga itu sangat dibutuhkan," katanya.
(Fetra Hariandja)