JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 269 Kepala Keluarga (KK) terdampak bencana longsor di Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menjelaskan, bahwa jumlah tersebut mencakup warga yang kehilangan tempat tinggal akibat tertimbun material longsor serta mereka yang tinggal di zona berisiko tinggi.
Berdasarkan analisis Badan Geologi, wilayah sekitar lokasi longsor yang terjadi pada Kamis (13/11) itu masih berpotensi mengalami gerakan tanah susulan. Kawasan tersebut berada pada zona prakiraan gerakan tanah menengah.
Analisis menyebutkan bahwa morfologi wilayah setempat merupakan perbukitan dengan kemiringan landai hingga curam. Sementara dari sisi geologi, tanah di area tersebut berupa tanah pelapukan tebal berwarna cokelat, gembur, lepas, dan jenuh air dengan kedalaman lebih dari 10 meter, sehingga rentan terjadi longsor.
Suharyanto menegaskan, bahwa relokasi bukan lagi sekadar opsi, melainkan keharusan bagi warga yang tinggal di wilayah terdampak. Oleh karena itu, penyiapan lahan relokasi menjadi prioritas utama.
“Saya senang di Cilacap ini Pak Bupati sigap mencari lahan relokasi bagi warga terdampak. Laporannya, lokasi sudah ada dan tidak jauh, sekitar 2,5 kilometer,” ujar Suharyanto, Selasa (18/11/2025).
Namun ia mengingatkan bahwa keamanan lahan relokasi harus menjadi perhatian utama.
“Yang penting juga diperhatikan adalah keamanan lahan relokasi. Pastikan telah disurvei oleh Badan Geologi untuk tingkat potensi risiko bencananya. Jangan sampai kejadian yang sama berulang di lokasi yang baru,” tegasnya.
BNPB menyatakan siap membangun hunian sementara (huntara) setelah lahan relokasi dinyatakan siap. Huntara tersebut nantinya akan dikembangkan menjadi rumah tumbuh sebelum dibangun sebagai hunian tetap (huntap).
“Huntara nanti BNPB yang akan membangun dibantu oleh TNI dan Polri. Kapan waktunya? Secepatnya,” pungkasnya.
(Awaludin)