"Para menteri luar negeri ASEAN menyatakan harapan untuk deeskalasi permusuhan sesegera mungkin," kata pernyataan dari Ketua ASEAN, Malaysia, sebagaimana dilansir Reuters. Pihak Malaysia menambahkan bahwa diskusi akan mencakup implementasi dan verifikasi gencatan senjata.
Keputusan untuk mengadakan pembicaraan adalah langkah paling signifikan sejak pertempuran kembali meletus, karena baik Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim maupun Trump tidak mampu membawa kedua negara ke meja perundingan kali ini meski telah melakukan berbagai panggilan kepada para pemimpin mereka.
China juga telah menekan kedua belah pihak untuk mundur, dengan utusan khusus untuk urusan Asia, Deng Xijin, mengadakan pembicaraan di Bangkok dan Phnom Penh dalam beberapa hari terakhir.
Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, mengatakan negaranya menginginkan "gencatan senjata sejati" dengan rencana implementasi yang terperinci dan komitmen kuat dari Kamboja.
Ia menegaskan bahwa baik AS maupun China tidak terlibat dalam keputusan mengenai pembicaraan bilateral, menambahkan bahwa hal ini tentang Thailand dan Kamboja "menyelesaikan masalah".