JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf, mengajak Rais Aam PBNU, KH Miftahul Achyar, untuk menyiapkan forum Muktamar PBNU bersama-sama.
Hal ini menjadi salah satu poin pernyataan balasan atas surat Tabayun Rais Aam bertajuk 'Menjernihkan Masalah, Menatap Masa Depan,'.
Dalam pernyataan balasannya, Gus Yahya awalnya menegaskan keputusan Rapat Harian Syuriyah di Hotel Aston pada 20 November lalu. Seluruh keputusannya, termasuk penetapan pejabat ketua umum, merupakan tindakan yang tidak memiliki dasar dan bertentangan dengan AD/ART PBNU. Kaerena itu, keputusan itu batal demi hukum.
"Oleh karena itu, sebagai mandataris utama yang bertanggung jawab untuk menjaga konstitusi jama'iyyah, saya menolak keputusan tersebut dan seluruh produk lanjutannya. Bukan karena kepentingan pribadi, melainkan demi menjaga marwah dan tatanan organisasi yang kita warisi dari para muassis," kata Yahya membacakan surat balasan tersebut dalam konferensi pers di kantor PBNU, Jakarta, Rabu (24/12/2025).
Selanjutnya, Gus Yahya menegaskan kembali dalam surat balasan itu, dirinya tidak ingin adanya perpecahan di tubuh PBNU yang berlarut-larut.
"Terlepas dari semua dinamika yang telah terjadi, saya tidak ingin perpecahan ini berlarut-larut dan merusak rumah besar kita, Nahdlatul Ulama. Energi kita terlalu berharga untuk dihabiskan dalam perselisihan," ujarnya.
Karena itu, Gus Yahya mengajak semua pihak termasuk dirinya, untuk saling memaafkan dan membuka lembaran baru. Secara khusus, dia juga mengajak Rais Aam untuk menyiapkan Muktamar PBNU sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah PBNU.
"Mari kita bersama-sama dalam semangat musyawarah menyiapkan Muktamar yang legitimate dan sesuai dengan AD/ART Nahdlatul Ulama sebagai jalan keluar yang terhormat dan konstitusional untuk menyelesaikan semua persoalan dan membawa NU melangkah ke masa depan yang lebih baik," tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)