Namun beberapa saat kemudian, Hamzah mendengar ada bunyi longsor di belakang markas. Dia langsung teringat istri dan kedua anaknya sedang di dalam rumah.
Hamzah dan sejumlah prajurit yang malam itu sedang berjaga, langsung berlari ke belakang. Jarak dari pos penjagaan ke rumah dinas Hamzah sekitar 100 meter. Begitu tiba, Hamzah mendapati rumahnya sudah hancur tertimpa beton yang jatuh akibat tanah longsor.
"Posisi istri pada saat itu kelihatan, tapi dia kejepit. Nggak bisa ditolong. Saya hanya bisa membacakan doa di telinganya,” kata Hamzah, yang tak bisa berbuat apa-apa karena tak ada alat berat untuk bisa mengangkat beton yang mengimpit istrinya.
Hamzah pun harus merelakan istrinya mengembuskan nafas terakhir dalam impitan beton. Kemudian, sayup-sayup terdengar suara anak pertamanya, Bintang, meminta tolong. “Pak, tolong Bintang.”
Hamzah dan sejumlah prajurit memakai tangan kosong sekuat tenaga mengangkat beton. Mereka hanya bisa mengangkat sedikit, tapi akhirnya bisa mengeluarkan Bintang. Anak itu selamat meski sekujur tubuhnya mengalami luka terkoyak besi dan bongkahan beton.
Amanda, anak kedua Hamzah, juga selamat karena benturan keras beton membuat dinding rumah di sisi lain terjatuh ke luar. Jadi, Amanda bisa ditolong. Dia juga mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuh tanpa ada patah tulang.