Bebas, Ini Kisah WNI dan Puluhan Sandera Perompak Somalia

Rifa Nadia Nurfuadah, Jurnalis
Senin 24 Oktober 2016 17:29 WIB
Korban penyanderaan perompak Somalia tiba di Kenya. (Foto: EPA)
Share :

"KETIKA kamu lapar, kamu bisa memakan apa saja. Kami memasak tikus, dan memakannya. Bahkan ketika kamu tidak menyukainya, kamu akan tetap memakannya," tutur Arnel Balbero mengenang masa-masa sulitnya sebagai sandera perompak Somalia.

Kisah pedih Balbero dimulai pada 26 Maret 2012. Kala itu, ia dan 28 awak kapal penangkap ikan Naham 3 menjadi korban pembajakan dan penyanderaan perompak Somalia. Kapal berbendera Oman itu dibajak di perairan sekira 114 kilometer selatan Seychelles. Nahas, sang kapten tewas dalam insiden pembajakan tersebut.

Lima di antara 29 awak kapal Naham 3 adalah warga negara Indonesia. Sedangkan sisanya berasal dari Filipina, China, Taiwan, Kamboja dan Vietnam.

Selama empat tahun masa penyanderaan perompak Somalia, tempat penawanan mereka setidaknya dua kali dipindah. Namun, nasib puluhan warga Asia tersebut setali tiga uang di mana pun mereka berada.

"Para penawan kami memperlakukan kami seperti binatang. Mereka hanya memberi kami sedikit air," imbuh Balbero, seraya menambahkan, hidup sebagai tawanan selama sedikitnya empat tahun membuat mereka seperti "mayat hidup". Demikian dinukil dari Independent, Senin (24/10/2016).

Proses pembebasan sandera perompak Somalia ini sendiri dimulai sekira satu tahun lalu saat para sandera ditempatkan di wilayah Budbud. Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan, pengintensifan upaya pembebasan sandera di Somalia telah diperintahkan Presiden Joko Widodo sejak Januari 2015.

Pemerintah RI telah bekerja sama dan koordinasi dengan LSM, badan nirlaba internasional, dan PBB untuk membantu upaya ini. Kemlu juga melakukan kontak secara rutin dengan pihak keluarga sandera untuk mengabarkan proses pembebasan.

Pada Sabtu 22 Oktober, proses panjang pembebasan mereka membuahkan hasil. Namun, hanya 26 sandera perompak Somalia yang dapat diterbangkan ke Bandara Wajir, Kenya. Dua tawanan diketahui telah meninggal dunia dalam masa penyanderaan. Salah satu WNI, Nasirin, menghembuskan napas terakhir akibat terserang malaria.

Bagi Balbero, pembebasan dirinya dan puluhan tawanan lainnya menimbulkan kesulitan tersendiri. Ia bingung tentang bagaimana menyesuaikan diri dan kehidupan setelah sekian lama menjadi tawanan.

"Saya tidak tahu lagi ada apa di luar dunia ini saat kami dibebaskan. Jadi, sangat sulit memulai kembali," ujarnya galau.

Sementara itu, perompak Bile Hussein mengklaim, ransum senilai USD1,5 juta telah dibayarkan sebagai syarat pembebasan sandera. Meski demikian, klaim tersebut belum dapat diverifikasi.

Kementerian Luar Negeri RI sendiri menepis kabar adanya pembayaran tebusan untuk membebaskan sandera perompak Somalia tersebut. "Posisi Indonesia selama ini telah jelas. Kita tidak membayar kepada orang yang melakukan pembajakan. Seperti yang saya sampaikan, posisi pemerintah selama ini tetap bahwa kita tidak menjadikan kebijakan untuk bayar pembajakan dengan uang," demikian ditegaskan juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir di Kemlu, Senin (24/10/2016).

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying dalam pernyataan resminya, Minggu 23 Oktober malam menjelaskan, 10 sandera perompak Somalia merupakan warga dataran utama China dan dua orang berasal dari pemerintahan mandiri Taiwan.

Chunying menegaskan, ke-26 sandera perompak Somalia itu dibebaskan melalui berbagai upaya. "Pemerintah China amat berterima kasih kepada semua organisasi dan pihak yang berpartisipasi dalam operasi pembebasan ini," imbuhnya.

Ke-26 sandera perompak Somalia kini dalam proses pemulangan kembali ke negara masing-masing. "Mereka dilaporkan dalam kondisi sehat, mengingat sulitnya hidup mereka selama ini. Mereka menghabiskan 4,5 tahun hidup dalam kondisi sulit dan jauh dari keluarga," ujar Koordinator Mitra Pendukung Sandera dari organisasi Oceans Beyond Piracy, John Steed.

Empat WNI sandera perompak Somalia yang turut dibebaskan adalah Sudirman, Supardi, Adi Manurung dan Elson Pesireron. Saat ini mereka masih berada di Kenya untuk menjalani tes kesehatan.

(Rifa Nadia Nurfuadah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya