Suhu politik di Hong Kong dalam beberapa tahun ini memanas. Demonstrasi besar-besaran pada 2014 yang diprakarsai oleh mahasiswa menjadi penyebabnya. Beruntung, tuntutan untuk penyelenggaraan pemilu secara terbuka dipenuhi oleh Pemerintah China.
Sejak kembalinya Hong Kong ke kekuasaan China pada 1997, Beijing meningkatkan kontrol ke wilayah tersebut. Padahal, Pemerintah China sempat menjanjikan kebebasan serta otonomi yang lebih luas di bawah formula ‘Satu Negara, Dua Sistem’.
Sebagian besar warga khawatir Carrie Lam akan melanjutkan kebijakan keras dari pemimpin pksekutif petahana Hong Kong, Leung Chun-Ying. Carrie Lam dianggap tidak akan mempertahankan status otonomi dan nilai-nilai luhur Hong Kong. Bekas koloni Inggris itu diyakini lebih membutuhkan sosok populer yang dapat menyatukan serta menurunkan suhu politik.
(Wikanto Arungbudoyo)