BANDARLAMPUNG - Warga yang mendiami kawasan pesisir dekat gunung berapi Anak Krakatau telah diperingatkan agar menjauhi pantai di tengah kekhawatiran kemungkinan adanya tsunami susulan.
Pada Sabtu malam lalu, gelombang raksasa menghantam sejumlah kawasan di pesisir selatan Sumatera dan ujung barat Jawa, menewaskan ratusan jiwa dan melukai ratusan orang lainnya.
Diperkirakan aktivitas vulkanik telah memicu tanah longsor di bawah laut yang pada gilirannya menghasilkan gelombang raksasa. Gunung Anak Krakatau kembali meletus pada Minggu 23 Desember 2018 kemarin dan memuntahkan abu dan asap tebal.
Rekaman video yang diabadikan dari atas pesawat memperlihatkan skala erupsi Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda, antara Pulau Sumatera dan Jawa. Presiden Joko Widodo telah menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan meminta keluarga korban bersabar.
Upaya penyelamatan terhambat oleh jalan yang terhalang reruntuhan, tetapi peralatan berat telah dikirim ke wilayah yang terdampak paling parah untuk membantu mencari korban.
Dikutip dari laman BBC Indonesia, Senin (24/12/2018), Gunung Anak Krakatau yang terbentuk pada 1927 setelah letusan gunung berapi Krakatau, meningkat aktivitasnya dalam beberapa bulan terakhir dan warga diminta agar menghindari lokasi di sekitar kawahnya.
Pada Jumat lalu, gunung itu meletus selama dua menit dan 12 detik, menciptakan awan yang membumbung hingga 400 meter di atas gunung. Lantas, mengapa tsunami pada Sabtu mematikan?
Tsunami menghantam daratan sekitar pukul 21.30 WIB saat libur akhir pekan. Sinyal peringatan adanya kemungkinan tsunami biasanya muncul seandainya tsunami itu dipicu oleh gempa bumi. Namun pada Sabtu, air laut tidak surut seperti dalam tsunami gempa bumi. Para ahli mengatakan jika ada peringatan di dekat gunung berapi, maka akan ada waktu siaga untuk bisa menyelamatkan diri.
Ombak menghancurkan ratusan bangunan, menyapu mobil dan menumbangkan pohon di sejumlah tujuan wisata populer termasuk beberapa resor di pantai Tanjung Lesung. Cuplikan video yang tersebar di media sosial memperlihatkan gelombang raksasa menghantam panggung pertunjukan di sebuah resor, ketika grup band Seventeen tengah tampil. Sebagian anggota band terlihat tersapu saat gelombang menghancurkan panggung tersebut.
Faktor penyebab tsunami Selat Sunda
Semua orang yang tinggal tidak jauh dari Gunung Anak Krakatau mengetahui dan mewaspadai gunung berapi yang muncul dari bawah laut sekitar 100 tahun lalu.
Tetapi gemuruh dan letusannya digambarkan para ahli setempat sebagai relatif rendah dan tidak selamanya kontinyu. Namun gunung berapi Anak Krakatau memiliki kapasitas yang dapat menghasilkan gelombang raksasa.
Citra satelit pertama setelah peristiwa pada hari Sabtu menunjukkan adanya reruntuhan di sisi barat laut gunung berapi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan jutaan ton longsoran gunung itu jatuh ke laut, yang mendorong gelombang air laut ke segala arah
Seberapa sering tsunami terjadi di Indonesia?
Wilayah Indonesia rentan terhadap tsunami karena terletak di Cincin Api, sehingga gempa bumi dan letusan gunung berapi sering terjadi. Pada September lalu, lebih dari 2.000 orang meninggal ketika gempa dahsyat menghantam wilayah tengah Pulau Sulawesi yang memicu tsunami di kota pantai Palu dan sekitarnya.
Pada 26 Desember 2004, serangkaian gelombang besar yang dipicu oleh gempa kuat di Samudera Hindia telah menewaskan sekitar 228.000 orang di 13 negara, yang sebagian besar korbannya adalah warga Aceh. Namun demikian, tsunami yang disebabkan oleh aktivitas vulkanik seperti yang terjadi di Selat Sunda jarang terjadi.
(Rizka Diputra)