JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memastikan gelombang tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu 22 Desember 2018 malam lalu disebabkan oleh longsoran di Gunung Anak Krakatau.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapusdatin dan Humas) BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat merilis foto citra satelit Alos-2.
"Ini citra satelit, ini baru saja mendapat citra satelit dari Jepang. Itu menunjukkan bagaimana tubuh Anak Krakatau sebelum dan sesudah (longsoran). Yang sebelum 20 Agustus 2018 dan setelah melewati Selat Sunda, memotret 24 Desember 2018,” ujar Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Menurut citra satelit tersebut, ia menjelaskan bahwa Gunung Anak Krakatau mengalami longsoran seluas 64 hektare. Longsoran tersebut terjadi di daerah barat daya Gunung Anak Krakatau sehingga tsunami yang disebabkan bukan akibat gempa tektonik.
"Kemudian menyebabkan longsor bawah lain yang mengakibatkan tsunami di daerah yang ada di Selat Sunda," pungkasnya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia belum memiliki alat yang dapat mendeteksi aktivitas longsoran bawah laut, sehingga tsunami yang melanda Selat Sunda pada Sabtu pekan lalu sama sekali tak terdeteksi.
(Rizka Diputra)