Penelitian Terbaru Ungkap Anak-anak Lebih Minim Terkena Covid-19

Susi Susanti, Jurnalis
Selasa 24 November 2020 12:39 WIB
Foto: Shutterstock
Share :

Amerika Serikat - Penelitian terbaru mengonfirmasi anak-anak jauh lebih kecil kemungkinannya terkena Covid-19.

Penelitian ini menemukan hanya empat persen anak yang dirawat di rumah sakit yang dites positif terkena virus. Namun alasan mengapa anak-anak kurang terpengaruh oleh virus korona daripada orang dewasa masih belum diketahui. Tapi anak-anak diyakini memiliki reaksi sistem kekebalan yang berbeda dengan orang deasa.

Penelitian tersebut mengamati hasil tes lebih dari 135.000 anak yang dirawat di tujuh rumah sakit di Amerika Serikat (AS) sebelum 8 September lalu.

Penelitian ini dilakukan di dokter di Rumah Sakit Anak Philadelphia yang melihat catatan medis elektronik dari tujuh rumah sakit anak di AS.

(Baca juga: Raja Spanyol Isolasi Diri Usai Kontak dengan Penderita Covid-19)

Usia rata-rata pasien hampir sembilan tahun. Namun ada juga yang berumur kurang dari satu tahun hingga lebih dari 18 tahun.

Dari data ini terungkap hanya 5.374 (4,0 persen) pasien yang dites positif. Lalu hanya 359 (6,7 persen) yang dirawat di rumah sakit, dengan 99 membutuhkan perawatan intensif.

Delapan dari pasien yang terinfeksi (0,15 persen) kemudian meninggal. Para peneliti mengatakan enam korban yang meninggal adalah pasien dengan penyakit penyerta kompleks yang sudah ada sebelumnya.

Penelitian ini menunjukkan beberapa faktor tertentu ikut meningkatkan kemungkinan hasil tes positif. Misalnya, orang dengan riwayat masalah jantung 18 persen lebih mungkin untuk terkena Covid-19 dan riwayat kesehatan mental dikaitkan dengan peningkatan risiko 20 persen. Namun, riwayat asma atau kondisi pernapasan lainnya tidak dikaitkan dengan peningkatan hasil tes positif.

Dikutip Daily Mail, dari penelitian ini juga diketahui anak-anak kulit putih hanya menyumbang 40 persen dari kasus positif. Sedangkan, anak-anak Hispanik, kulit hitam dan Asia merupakan jumlah yang sangat tinggi dari mereka yang terinfeksi.

“Meskipun pasien kulit hitam, Hispanik, dan Asia secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk menjalani tes, kelompok-kelompok ini memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapatkan hasil tes yang positif,” tulis para peneliti dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Paediatrics.

Anak-anak kulit hitam 2,66 kali lebih mungkin terkena virus korona. Disusul anak-anak Hispanik dan Asia 3,75 dan 2,04 kali lebih mungkin untuk terinfeksi.

Pasien dengan kondisi medis jangka panjang yang progresif hampir enam kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit parah setelah infeksi.

“Meskipun risiko keseluruhan rendah pada kelompok anak-anak ini, kami melihat perbedaan yang signifikan pada mereka yang dites positif dan mengembangkan penyakit parah, yang mengikuti apa yang kami lihat pada orang dewasa,” ungkap peneliti Dr Hanieh Razzaghi.

Sebelumnya, studi baru-baru ini menemukan anak-anak tetap tidak terkena Covid-19 meskipun tinggal dengan orang tua yang terinfeksi. Anak-anak ini hanya memiliki gejala ringan dan menciptakan antibodi.

Ini terlihat dari kasus di Australia. Yakni keluarga dengan lima anggota. Kedua orangtua terinfeksi virus corona dan menularkannya kepada tiga anak mereka. Namun setelah dites, ketiga anak ini negatif.

Sementara orang dewasa mengalami gejala klasik seperti batuk, demam, dan sakit kepala. Sedangkan dua anak-anak hanya mengalami gejala yang sangat ringan dan yang paling kecil tidak menunjukkan gejala sama sekali meskipun tidur di ranjang yang sama dengan orang tuanya.

Namun, kelimanya memiliki respons imun yang sama, dengan antibodi khusus untuk SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19, ditemukan dalam sampel darah dan air liur setiap orang.

Para peneliti mengatakan studi kasus dari Murdoch Children’s Research Institute (MCRI) di Melbourne menunjukkan anak-anak dapat meningkatkan respons yang kuat terhadap virus begitu virus masuk ke dalam tubuh mereka yang mencegahnya mereplikasi dan membatasi potensinya.

Penelitian lain, dari UCL dan Francis Crick Institute, menemukan sebanyak a 44 persen orang di bawah 16 tahun memiliki antibodi yang dirancang untuk melawan flu biasa yang juga menetralkan virus korona SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19.

Hingga saat ini, para ilmuwan tidak dapat menjelaskan mengapa keberadaan antibodi lintas virus ini berbeda pada orang dewasa dan anak-anak.

(Amril Amarullah (Okezone))

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita News lainnya