Tim penyelamat akhirnya mengebor poros tambang yang kecil untuk komunikasi dan mengirimi makanan, obat-obatan, kertas, dan pensil kepada para penambang.
Sebuah catatan kemudian dikirim dengan tali dari kelompok yang terdiri dari 11 penambang juga orang ke-12 yang terjebak jauh di bawah mereka.
Saluran telepon juga kemudian dibuat.
Setelah itu, kontak dengan penambang ke-12 terputus, sementara salah satu dari kelompok 11 penambang, yang mengalami koma setelah mengalami luka di kepala dalam ledakan tersebut, dipastikan tewas.
Upaya penyelamatan diperkirakan akan memakan waktu berminggu-minggu, tetapi "kemajuan besar terjadi" pada hari Minggu pagi ketika "penghalang besar yang memblokir poros tambang tiba-tiba jatuh ke dasar lubang," kata petugas penyelamat utama Du Bingjian kepada Global Times, yang dikelola pemerintah.
Saat tim penyelamat berusaha mengeluarkan kelompok utama penambang, mereka menemukan pria lain yang masih hidup dan terperangkap di bagian lain dari tambang emas itu.
Rekaman TV menunjukkan saat-saat dia dievakuasi, sementara para petugas bersorak.
Matanya ditutup untuk melindungi matanya dari cahaya. Ia segera dibawa ke rumah sakit untuk perawatan dan kondisinya disebut "sangat lemah".
Sekitar satu jam setelah itu, tim penyelamat berhasil menemukan kelompok utama dan menarik mereka keluar.
Beberapa di antara mereka terlihat berjalan sendiri dengan dibantu oleh petugas penyelamat, sebelum dibawa ke rumah sakit.
Sembilan penambang lainnya yang tewas diyakini berada di "bagian keenam" dari tambang tersebut, tetapi rincian bagaimana posisi mereka diketahui belum dijelaskan.
Pejabat masih mencari satu penambang terakhir, sambil berjuang melawan naiknya level air tanah yang membanjiri tambang.
Kecelakaan pertambangan biasa terjadi di China.
Pada Desember tahun lalu, 23 penambang tewas setelah kebocoran karbon monoksida di tambang batu bara.
Pada bulan September, 16 pekerja tewas di tambang lain di pinggiran Chongqing, juga karena karbon monoksida.
Pada Desember 2019, ledakan di tambang batu bara di Provinsi Guizhou, barat daya China, menewaskan sedikitnya 14 orang.
(Susi Susanti)